Selasa 07 Feb 2023 16:52 WIB

HPN 2023, Pers Selalu Jadi Cerminan Masyarakat

Para tokoh pers sangat terkenal karena perjuangannya demi Tanah Air.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Gita Amanda
Pers dari waktu ke waktu selalu menjadi cerminan masyarakat. (ilustrasi).
Foto: MgIT03
Pers dari waktu ke waktu selalu menjadi cerminan masyarakat. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rangkaian acara Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari nanti sudah digelar pada 7 Februari 2023 ini. Dalam salah satu rangkaian seminar acara yang ada, pembicara dari akademisi Phil Ichwan Azhari mengatakan, pers dari waktu ke waktu selalu menjadi cerminan masyarakat.

“Kalau dulu pers berani itu cerminan masyarakat yang berani. Kalau sekarang pers sering takut, itu cerminan masyarakatnya juga,” kata Ichwan di Hotel Mercure Medan, Selasa (7/2/2023).

Baca Juga

Menilik ke belakang, kata dia, para tokoh pers sangat terkenal karena perjuangannya demi Tanah Air. Oleh sebab itu, dirinya berharap ada perubahan yang semakin baik di dunia pers ke depannya.

Dirinya mengenang, perjuangan pers nasional tidak dimulai dari Tirto Adhi Soerjo pada awal abad ke-20. Menurut dia, jauh sebelum Tirto, ada banyak tokoh pers di tanah Sumatra yang seharusnya juga ikut dikenang.

“Dulu dilupakan namanya, walaupun sekarang diusulkan. Ada enam tokoh pers yang sekarang akan menerima penghargaan. Rekor penghargaan dari wartawan buat leluhurnya baru sekarang,” kata dia.

Dirinya memerinci, keenam wartawan yang akan diberi penghargaan tersebut adalah Dja Endar Moeda, Parada Harahap (Si Raja Delik), Tuan M.H. Manullang (tokoh pelopor pers perjuangan), Mohammad Said (tokoh pers perjuangan), Ani Idrus (tokoh pers perjuangan perempuan), dan Muhammad TWH (tokoh pers tiga zaman).

Ichwan menambahkan, tujuh tahun sebelum Tirto memaksimalkan karier jurnalistiknya, Dja Endar Moeda dan lima tokoh lainnya dia sebut sudah memiliki berbagai pengalaman membuat percetakan surat kabar. Selain disebut konglomerat surat kabar karena memiliki percetakan saat itu, tokoh-tokoh ini dia sebut juga memiliki integritas dalam jurnalistik Indonesia kala penjajahan terjadi.

“Dan kebanyakan tokoh-tokoh itu menciptakan surat kabar di Sumatra,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement