REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Pemerintah kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, mencatat prevalensi kekerdilan atau stunting di wilayah ini berhasil diturunkan sebesar sembilan persen pada 2022. Berbagai upaya dilakukan pemerintah daerah (pemda) untuk menurunkan stunting, termasuk menambah dana untuk penanganan stunting di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tangsel 2022.
"Berdasarkan studi status gizi indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Tangsel sebanyak 19,9 persen namun menurun jadi sembilan persen di 2022. Ini berkat kerja keras semua pejabat termasuk camat dan lurah," ujar Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie, Jumat (3/2/2023).
Lebih lanjut, ia menyebutkan jumlah anak bawah lima tahun (balita) di Tangsel 2021 sebanyak 133.082 balita dan 3.133 di antaranya mengalami stunting. Kemudian di 2022 dari 115.820 balita, sebanyak 1.333 balita diantaranya mengalami stunting. Ia menambahkan, angka stunting bisa menurun karena ada beberapa upaya yang dilakukan.
Dilihat dari sarana prasarana, ia menyebut sudah tersedia fasilitas kesehatan rumah sakit sebanyak 32 unit, 35 pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), klinik 520, 158 tempat praktik bidan, tenaga gizi sebanyak 50 orang di puskesmas dan 173 orang di non-puskesmas. Kemudian terkait adanya alat ultra sono grafi (USG) di fasilitas kesehatan tingkat pertama, ia menyebutkan dari 35 puskesmas ternyata sudah ada 39 unit alat USG di Tangsel.
"Sementara itu jumlah posyandu berjumlah 846 unit dan alat pengukuran antropometrinya 29 unit sudah tersedia dan rencananya 792 unit akan dilakukan pengadaan melalui dana alokasi khusus (DAK) fisik 2023," katanya.
Sementara itu, ia menyebutkan dukungan APBD untuk penanggulangan stunting Tangsel jika 2021 lalu sebanyak Rp 98,9 miliar alias 2,8 persen dari total APBD, namun kini kondisinya berbeda. Ia menyebutkan APBD untuk penanganan stunting tahun 2022 sebesar Rp 137,2 miliar atau 3,4 persen dari total APBD Tangsel. Sementara itu, ia menyebutkan DAK Bantuan Operasional Keluarga Berencana dari Rp 9,8 miliar, dan ada pagu dana operasional kesehatan Rp 17,69 miliar.
"Ada inovasi lain untuk penanggulangan stunting yaitu ngider sehat, yaitu 108 personel di 54 kelurahan difasilitasi kendaraan bermotor dan mereka bertugas memastikan masyarakat Tangsel dalam keadaan sehat. Ini upaya promotif preventif sektor kesehatan," katanya.
Kemudian, ia menyebutkan Tangsel juga memiliki program milea yaitu milenial anti anemia sebagai agen pengawas minum obat tablet tambah darah (TTD) pada para remaja putri di sekolah. Kemudian, ia menyebutkan ada juga persatuan ibu peduli stunting untuk pendukung program konsumsi protein hewani setiap kali makan.
Kemudian, ada program bapak asuh yang juga diikuti seluruh kepala daerah dan organisasi perangkat daerah (OPD) dan mengoptimalkan kelurahan yang mendapatkan APBD Tangsel untuk penurunan stunting. Tak hanya itu, ia menyebutkan ada pos pelayanan terpadu daerah dan duta GenRe.