REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan banjir yang melanda Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, menyebabkan 37.344 jiwa terdampak di delapan kecamatan. "Hasil kaji cepat sementara, tercatat sedikitnya 10.885 KK/37.344 jiwa terdampak atas kejadian ini. Selain itu, terdapat 3.716 rumah terendam yang tersebar di delapan kecamatan," ujar Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Abdul mengatakan, delapan kecamatan tersebut terdiri dari Kecamatan Sejangkung, Paloh, Tangaran, Teluk Keramat, Galing, Jawai Selatan, Sambas dan Jawai. Banjir melanda wilayah Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, pada Ahad (29/1/2023). BPBD Kabupaten Sambas bersama tim gabungan segera melakukan upaya percepatan penanganan darurat dengan menyalurkan bantuan logistik kepada warga terdampak.
Tim gabungan yang terdiri dari unsur TNI-Polri, Dinas Sosial, BPBD, Pemerintah Daerah, Kecamatan dan Forkopimda bekerjasama memberikan kebutuhan dasar berupa logistik makanan bagi warga terdampak. Seperti di Desa Tempapan Hulu yang cukup tinggi airnya, menurut laporan Kalaksa BPBD Kabupaten Sambas Marjuni.
Abdul melaporkan hingga kini, para warga memilih bertahan di rumah masing-masing, namun ada juga warga yang mengungsi di rumah kerabat terdekat. Pemerintah setempat juga telah menyiapkan lokasi pengungsian di Balai Desa bagi warga yang membutuhkan.
"Kondisi cuaca di lokasi disebutkan bahwa masih turun hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Merujuk prakiraan cuaca BMKG untuk wilayah Sambas hingga tiga hari ke depan berpotensi hujan dengan intensitas sedang," ujar dia.
Merujuk informasi tersebut, BNPB mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan. Salah satunya dengan mempersiapkan mitigasi awal dengan menjaga dan membersihkan saluran air secara rutin dari lingkup terdekat yakni di sekitar tempat tinggal.
Masyarakat juga dapat memantau informasi prakiraan cuaca melalui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta memeriksa potensi bencana di sekitar wilayah melalui InaRisk.