Senin 30 Jan 2023 18:21 WIB

Minyakita Langka, Pedagang Beri Peringatan Menjelang Ramadhan

Minyakita adalah minyak curah kemasan dengan HET Rp 14 ribu per liter.

Warga menunjukkan minyak goreng subsidi MInyakita di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (30/1/2023). Pedagang di pasar tersebut menyatakan, harga minyak goreng kemasan mengalami kenaikan menjadi Rp 35 ribu per dua liter yang semula Rp30 ribu. Kenaikan tersebut akibat minyak goreng subsidi merek Minyakita mulai sulit ditemukan di pasaran.
Foto:

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ikut turun tangan menyelidiki penyebab langkanya minyak goreng kemasan sederhana, Minyakita, yang diikuti dengan tren kenaikan harga. Direktur Ekonomi KPPU, Mulyawan, mengatakan, dari tujuh wilayah kerja KPPU, empat wilayah di antaranya mengalami persoalan.

Empat wilayah kerja itu meliputi provinsi Lampung, Surabaya, Balikpapan, dan Yogyakarta. Hasil pemantauan dari Kantor Wilayah KPPU menyatakan, pasokan Minyakita dan minyak goreng curah relatif sulit didapatkan.

Adapun rata-rata harga sudah di atas Rp 14 ribu per liter atau Rp 15.500 per kg. Sebagai contoh di Jakarta Minyakita sudah dihargai hingga Rp 17 ribu per liter. Begitu pula di Jawa Barat dan Banten yang dihargai antara Rp 15 ribu per liter hingga Rp 16.ribu per liter.

"Kami akan berdiskusi dengan Kementerian Perdagangan untuk mengetahui bagaimana stok dan produksi minyak goreng curah dan kemasan sederhana serta distribusinya. Apakah ada hambatan atau yang perlu diketahui mengenai kelangkaan," kata Mulyawan dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (30/1/2023).

Selain soal langka dan harga yang naik, ia menyebut adanya praktik tying maupun bundling kepada pembeli. Praktik itu secara jelas melanggar aturan dan prinsip persaingan usaha.

Dikonfirmasi soal ini, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, mengatakan harga Minyakita saat ini sebetulnya tidak mengalami kenaikan dari produsen atau suplainya yang berkurang.  Namun, ia mengklaim Minyakita sudah menjadi favorit pilihan masyarakat sehingga ketersediaan di pasar berkurang.

"Semua orang sekarang ambilnya Minyakita, jadi di pasar berkurang. Bukan suplainya berkurang, hanya saja barangnya laris. Penjualnya juga jadi lebih banyak," kata Zulkifli melalui keterangan resminya seusai mengecek ketersediaan dan harga bahan pokok di Depok, akhir pekan lalu.

Zulhas menegaskan, pemerintah berkomitmen untuk terus menambah pasokan Minyakita. Salah satunya dengan menurunkan rasio ekspor domestic market obligation (DMO) minyak sawit menjadi 1:6 dari sebelumnya 1:9. 

Sebagai ilustrasi, jika pengusaha mengalokasikan DMO sebesar 1.000 ton, maka izin kuota ekspor yang diperoleh sebesar 6.000 ton dari sebelumnya 9.000 ton. "Dengan begitu mudah-mudahan pasokan akan bertambah," katanya. 

Zulhas menargetkan suplai Minyakita meningkat dari 300 ribu ton menjadi 450 ribu ton per bulannya. Penambahan suplai minyak goreng ini untuk mengamankan pasokan Minyakita yang mengalami kelangkaan di berbagai pasar-pasar tradisional.

“Kami tadi mengundang para produsen minyak ini ada hampir 30 yang datang, yang tadinya suplai untuk Minyakita itu 300 ribu ton per bulan, kita naikan 50 persen tadi, semua sudah sepakat, tanda tangan dari hampir 30 itu yang suplainya untuk Minyakita 300 ribu ton ditambah 50 persen menjadi 450 ribu ton per bulan,” kata Zulkifli di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (30/1/2023).

Dengan ditambahnya suplai untuk Minyakita sebesar 50 persen, Mendag pun berharap masyarakat bisa kembali mendapatkan minyak goreng dengan harga yang terjangkau.

“Mudah-mudahan dengan itu, kita bisa membanjir kembali pasar-pasar tradisional atau pasar modern dengan curah atau minyak goreng merek kita,” tambah dia.

 

photo
Karikatur: Ekspor CPO Dibuka - (republika/daan yahya)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement