REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Sebanyak enam kecamatan di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), melaporkan ternak babi mati secara berbarengan. Hal itu diduga akibat terserang virus African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika.
"Enam kecamatan itu antara lain Kecamatan Kupang Timur, Kupang Tengah, Kupang Barat, Kecamatan Semau, Takari, dan kecamatan Nekamese," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Kabupaten Kupang, Yosep Paulus saat dikonfirmasi di Kupang, Provinsi NTT, Senin (23/1/2023).
Dia mengakui, penyebaran virus ASF meresahkan seluruh peternak babi di NTT. Yosep menjelaskan, dari total enam kecamatan tersebut jumlah ternak babi mati mendadak milik warga di Kupang sudah mencapai 75 ekor. Laporan paling banyak terjadi di Kecamatan Kupang Tengah dengan 32 babi mati.
Kemudian, 26 babi mati di Kupang Timur, enam babi mati di Kecamatan Nekamese, lima babi mati di Takari, tiga babi di Kecamatan Kupang Barat, dan satu babi di Kecamatan Semau. Pihaknya sudah mengeluarkan imbauan pada 12 Januari 2023, meminta para peternak untuk menerapkan biosecurity yang ketat. Dua kabupaten dengan kasus ASF terbanyak adalah Kupang dan Flores Timur.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi NTT, Melky Angsar mengatakan, dengan sudah terkonfirmasinya virus ASF tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT meminta pemerintah kabupaten (pemkab) untuk membuat aturan guna mencegah masuknya virus itu ke daerah yang masih minim kematian akibat ASF.
"Kami dalam dua hari terakhir sudah bagikan disinfektan ke peternak di Kabupaten Kupang untuk semprot kandang babi," ujar Melky. Untuk pemkab yang belum memiliki disinfektan, kata dia, bisa langsung memintanya ke Pemprov NTT agar bisa digunakan untuk mencegah penyebaran virus ASF.