REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mengatakan penerapan pertanian hemat air dapat menjadi solusi dan mengantisipasi adanya perubahan iklim. Salah satunya potensi risiko El Nino bagi sektor pertanian.
"Beberapa waktu kemarin kita mengalami La Nina Triple Dip dimana fenomena itu berpengaruh kepada munculnya musim hujan lebih awal dan meningkatkan curah hujan," ujar Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Lampung Kusnardi, di Bandarlampung, Kamis (12/1/2023).
Ia mengatakan, langkah antisipasi dalam menghadapi perubahan cuaca telah direncanakan lebih awal, melalui penyediaan irigasi, terutama untuk menjaga sektor pertanian agar tetap produktif. "Telah mulai kita atur untuk penggunaan air. Jadi kalau program pertanian saat ini diarahkan untuk hemat air, jadi pertanian hemat air ini bisa jadi solusi," kata Kusnardi.
Menurut dia, adanya penghematan air melalui pengaturan pengairan di sektor pertanian secara terkendali, akan menjadi salah satu upaya cepat untuk mengantisipasi adanya potensi El Nino di masa mendatang. "Pertanian ini kan tergantung dengan air, jadi perbaikan irigasi, langkah penghematan air dengan menghitung kebutuhannya per tiap lahan, dengan teknologi irigasi hemat air bisa menggunakan irigasi berselang, irigasi bergilir dapat menjaga pengairan di daerahnya tetap stabil," kata dia menjelaskan.
Selain itu, lanjut Kusnardi, akan dilakukan juga percepatan proses tanam, dan perluasan mekanisasi pertanian. "Akan terus dijaga daerah tangkapan air, agar serapan air bisa maksimal saat ada hujan. Sehingga saat terjadi kekeringan ada cadangan. Langkah-langkah ini akan terus diteruskan ke petani dengan penyuluhan secara rutin, yang pasti pertanian hemat air akan terus disosialisasikan," ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengingatkan mengenai potensi munculnya anomali cuaca El Nino pada 2023 yang bisa menyebabkan kebakaran serta gagal panen. Oleh karena itu, diperlukan upaya antisipatif untuk mencegah adanya krisis pangan, salah satunya dengan menjaga dan menguatkan ketahanan pangan nasional.
Diketahui Lampung menjadi salah satu daerah penghasil komoditas pertanian dan lumbung pangan, salah satunya padi yang pada tahun 2021 produksinya mencapai 3,3 juta ton. Pada 2019, wilayah ini memiliki luas lahan baku sawah mencapai 361.699 hektare, dengan 86.000 hektare diantaranya merupakan lahan rawa yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian.