REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Anggota DPRD Jawa Barat mengajak polemik soal anggaran Masjid Raya Al Jabbar diakhiri. Sudah saatnya, semua pihak fokus bagaimana memakmurkan masjid yang sudah selesai dan diresmikan itu untuk ke depannya.
Menurut anggota Komisi V DPRD Jabar Abdul Hadi Wijaya, Masjid Raya Al Jabbar adalah hasil kerja banyak pihak termasuk warga Jabar. "Seharusnya hari ini kita bicara bukan ke belakang tapi bagaimana memakmurkannya. Jadi kita harus memikirkan kesana seperti [rencana] belanja-belanja, dan [nilai] pemeliharaannya berapa," ujar Abdul Hadi alias Gus Ahad, di Bandung, Sabtu (7/1/2023).
Gus Ahad mengetakan, sejak dicetuskan oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan lalu, anggaran sudah dibahas bersama dewan serta stakeholder terkait. Kemudian disepakati lalu pembangunan dimulai merupakan hasil kesepakatan bersama.
"Jadi ini merupakan sebuah kesepakatan kalau berbicara politik kami di dewan dan orang-orang politik sudah memutuskan dan kemudian direalisasikan," katanya.
Gus Ahad sendiri mengetahui proses pembangunan Al Jabbar karena sudah duduk di DPRD Jabar sejak 2013. Menurutnya meski dicetuskan oleh Ahmad Heryawan saat itu pihaknya juga menerima aspirasi dari elemen masyarakat.
"DPRD kan lembaga menerima aspirasi, jadi kami dengarkan aspirasi dari semua masyarakat, kita tanya, butuh nggak ini, iya butuh karena selama ini kita nebeng Masjd Agung Bandung. Terus berada di tengah kota dan tidak bisa dikembangkan ke mana," katanya.
Proses penganggaran, kata dia, saat itu sangat dinamis bahkan membutuhkan waktu cukup panjang hingga muncul kesepakatan. "Kami masih ingat DPRD waktu itu menyetujui anggaran untuk masjid ini. Artinya ketika ada pengusulan juga pemprov tidak main-main, dan DPRD menyetujui juga bukan main-main karena angka besar sekali," katanya.
Gus Ahad menjelaskan, anggaran Rp 1 triliun tidak turun sekaligus namun dianggarkan secara bertahap. Menurutnya sejak awal dewan dan pihak provinsi sudah menghitung secara detil.
"Untuk sebuah masjid yang megah dan ada pembebasan tanah sekian hektare pasti ini akan besar sekali. Tapi Alhamdulillah dulu bisa dibebaskan jadi kita bisa bangun. Dan saya ikut di periode yang lalu kami sering sekali mendapatkan laporan terkait dengan bagaimana progresnya, kesulitannya apa," paparnya.
Pembangunan Al Jabbar, kata dia, terus dilanjutkan ketika terjadi peralihan kepemimpinan dari Ahmad Heryawan ke Ridwan Kamil. Secara norma aturan, kata dia, sudah baku bahwa ketika ada kebutuhan masyarakat, semua menyatakan ingin ada sebuah masjid yang resertatif di Jabar maka kemudian Ridwan Kamil kembali menganggarkan dan dewan menyetujui.
"Jadi prosesnya buat kami jangan terpaku kepada siapa gubernurnya nanti itu tidak akan selesai. Kalau orang akan menimbulkan polemik. Jadi ketika dia (Ridwan Kamil) menjadi gubernur, ya Gubenur Jabar," katanya.
Karena Al Jabbar sudah berdiri dan masyarakat antusias menyambutnya, kata dia, maka polemik soal anggaran tidak perlu diperpanjang. Aspek memakmurkan masjid tersebut kini menjadi fokus penting banyak pihak.
"Jadi kita hari ini punya fakta (masjid sudah berdiri) tolong jangan diskusi mundur karena percuma. Terima kasih atas masukannya tapi hari ini kita sudah tidak lagi diskusi ke belakang itu sudah clear!," kata Gus Ahad, seraya mengatakan, masjid sudah berdiri megah dan sudah diresmikan.