Rabu 04 Jan 2023 21:01 WIB

Petisi WFH Viral, Bisakah WFH Kembali Dijalankan Bersama WFO?

Pandemi membuka mata banyak tempat kerja kalau WFH tak kalah efektif dengan WFO.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan saat jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Petisi Kembalikan Work From Home (WFH) sebab Jalanan Lebih Macet, Polusi, dan Bikin Tidak Produktif yang diunggah di Change.org viral di media sosial.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan saat jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Petisi Kembalikan Work From Home (WFH) sebab Jalanan Lebih Macet, Polusi, dan Bikin Tidak Produktif yang diunggah di Change.org viral di media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Petisi kembalikan Work From Home (WFH) atau bekerja dari rumah viral di media sosial. Riwaty Sidabutar, sosok di balik orang yang memulai petisi meminta para perusahaan mengkaji kembali aturan Work From Office (WFO) 100 persen.

Saat ini, petisi tersebut sudah ditandatangani lebih dari belasan ribu orang. Salah satu alasan petisi tersebut digulirkan adalah suasana jalanan ibu kota yang kembali macet.

Baca Juga

Praktisi kreatif Yoris Sebastian mengatakan jika disikapi secara umum, sebenarnya, kebijakan WFH perlu dilihat dari jenis industrinya. “Kalau perusahaan bisa melakukan WFH, sebenarnya mendapat keuntungan. Untuk beberapa perusahaan yang bersedia melakukan WFO harus bersedia mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Tapi mungkin secara industri, hal itu harus disadari oleh pendatangan karena kita tidak bisa memukul rata setiap industri,” kata Yoris kepada Republika.co.id, Rabu (4/1/2023).

Meski begitu, Yoris mengatakan pandemi yang berlangsung selama hampir tiga tahun dapat membuka mata banyak perusahaan untuk mempertimbangkan WFH. Misal, ada perusahaan yang menerapkan shift dan tetap membuka kantor dengan ruangan yang lebih kecil.

Menurut dia, sah saja siapa pun yang menandatangani petisi. Namun, perlu diingat, setelah PPKM dicabut, aturan WFH atau tidaknya dikembalikan ke perusahaan.

“Tergantung industrinya. Yang harus saya garis bawahi adalah pemilik kantor seperti saya kalau bisa berhemat, tidak usah membayar biaya kantor, pasti mereka juga ingin WFH,” ujarnya.

Sebelumnya, petisi Kembalikan Work From Home (WFH) sebab Jalanan Lebih Macet, Polusi, dan Bikin Tidak Produktif yang diunggah di Change.org viral di media sosial. Petisi yang sudah diunggah dua bulan lalu itu meminta perusahaan agar kembali menerapkan WFH. Saat ini, sebagian besar perusahaan sudah mulai kembali menerapkan Work From Office (WFO).

Menurut Riwaty Sidabutar yang memulai petisi, kembali bekerja ke kantor setelah dua tahun di rumah malah membuatnya semakin stres. Sebab, jarak tempuh antara kantor dan rumah terbilang jauh. Misal, dia yang menempuh 20 kilometer ke kantor dan total jarak pulang pergi menjadi 40 kilometer.

“Belum lagi kalau hujan. Bisa-bisa saya terjebak kemacetan lama sekali, satu jam bahkan menggunakan sepeda motor,” kata Riwaty.

Selain masalah jarak, dia juga menyebut aturan WFO belum bisa menjamin membuat pekerja lebih produktif. Lamanya waktu dan energi yang dihabiskan di pejalanan membuat pekerja menjadi lebih lelah. Nantinya, inilah yang akan berdampak pada performa kerja.

“Lamanya perjalanan membuat saya menjadi lebih lelah dan hasil pekerjaan tidak sebagus ketika saya bekerja dari rumah. Di rumah, saya merasa lebih percaya diri, lebih aman, dan merasa lebih nyaman. Oleh karena itu, saya ingin meminta agar aturan wajib WFO 100 persen dikaji kembali,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement