REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan bahwa program inovasi Telponi Stunting yang menggerakkan bidan dan kader desa, mampu membantu menekan angka stunting di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
"Dokter spesialis tersebut diberi wilayah binaan, satu kecamatan atau lebih. Dokter kandungan yang banyak di Rembang dan Lasem, yang jauh-jauh tidak ada pemantauannya. Sekarang mereka punya wilayah binaan, diupayakan tidak ada kematian bayi dan ibu melahirkan," kata Sub Koordinator Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Kesehatan Dinkes Rembang Sarwoko Mugiyono dalam keterangan BKKBN di Jakarta, Rabu (4/1/2023).
Program usungan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Rembang itu, membantu Pemkab Rembang menggerakkan bidan dan kader desa untuk menemukan bayi baru lahir dan ibu hamil dengan risiko tinggi yang kemudian melaporkan ke pihak puskesmas setempat.
Baik bayi maupun ibu hamil yang berisiko tinggi, nantinya akan mendapatkan pendampingan khusus dari fasilitas kesehatan. Dinkes juga telah menggandeng dokter spesialis anak dan kandungan dalam Telponi Stunting.
Petugas kesehatan terhubung satu link dengan kader kesehatan sebagai ujung tombak untuk melakukan identifikasi permasalahan kesehatan, melaporkan, dan mengintervensi yang semuanya tertata dalam suatu sistem. Oleh karenanya, angka stunting yang berdasarkan data SSGI 2021 di Rembang 18.7 persen diharapkan dapat turun di bawah 10 persen.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Widwiono menekankan KB Pasca Persalinan (KBPP) sangat penting untuk diberikan sebelum ibu pulang ke rumah pascabersalin. Selain menekan angka kematian ibu dan bayi, KBPP juga mempengaruhi angka kebutuhan ber-KB yang belum terpenuhi (unmet need).
Widwiono menyatakan Telponi berhasil menekan angka kematian ibu (AKI) sejak tahun 2017 yang ada sebanyak 14 kasus, kemudian turun menjadi enam kasus di tahun 2022. Pada angka kematian bayi (AKB), selama tahun 2017 terdapat 135 kasus. Namun hingga bulan Desember 2022 terdapat 80 kasus.
Menurut hasil evaluasi Pemkab Rembang selama tahun 2021, penyebab AKI didominasi oleh Covid-19, disusul faktor pendarahan dan eklampsia (kejang-kejang). Sementara beberapa faktor pemicu kematian bayi, di antaranya asfiksia (kekurangan oksigen), bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan adanya kelainan genetik.