REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur memprediksi tren ekspor Indonesia di tahun 2023 bakal mengalami penurunan sekitar 20 persen menyusul terjadinya krisis ekonomi dan stagflasi di banyak negara sehingga mengakibatkan anjloknya permintaan secara global.
Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto di Surabaya, Senin, mengatakan, Bank Indonesia memperkirakan realisasi ekspor Indonesia tahun 2023 hanya mampu naik sebesar 6 persen hingga 6,8 persen, di atas pertumbuhan perdagangan global yang menurut WTO hanya mampu bergerak positif di angka 1 persen."Hal ini berarti tren kenaikan ekspor Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan turun sebesar 20 persen," ujar Adik.
Agar kinerja ekonomi dalam negeri, khususnya Jawa Timur tetap bisa berjalan normal, kata dia, maka Kadin Jatim akan melakukan sejumlah langkah strategis di tahun depan.
"Ada beberapa prioritas utama yang akan kami lakukan di tahun 2023 hingga kami optimistis kinerja ekonomi Jatim bakal tetap tumbuh sebesar 5,72 persen," ujar dia.
Pertama, dengan memperluas pasar ekspor ke sejumlah negara dengan pertumbuhan yang masih stabil melalui misi dagang, seperti yang telah dilakukan Kadin Jatim bersama Pemprov Jatim beberapa waktu yang lalu ke Arab Saudi dan Malaysia. Malaysia menjadi prioritas negara tujuan ekspor karena ekonominya masih cukup bagus.
"Tahun ini, ekonomi Malaysia mampu tumbuh sekitar 14 persen, begitu juga dengan Arab Saudi. Kalau terpaksa harus masuk ke negara tujuan ekspor tradisional yang pertumbuhan ekonominya melambat, maka komoditas ekspor harus disesuaikan dengan skala prioritas kebutuhan negara tersebut," ujar dia.
Lebih lanjut, dia mengatakan sejauh ini Kadin Jatim juga ditugasi untuk mengelola Export Center Surabaya (ECS) yang memiliki misi membina usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar mampu melakukan ekspor. Di tahun depan, realisasi ekspor melalui ECS diprediksi akan mencapai 150 juta dolar AS dari realisasi di tahun ini sebesar 106,588 juta dolar AS.
Di sisi lain, perdagangan dalam negeri juga harus digenjot. Kadin Jatim secara kontinyu mengikuti misi dagang antar provinsi yang digelar Pemprov Jatim."Ini juga sebagai alternatif pasar bagi komoditas ekspor yang pertumbuhannya terkontraksi sehingga tidak sepenuhnya berorientasi ekspor seperti garmen dan alas kaki," ujar Adik.
Prioritas kedua adalah dengan mendorong peningkatan investasi luar negeri dalam rangka hilirisasi atau down streaming industri sekunder berbasis agro dan pertambangan mineral serta pariwisata sehingga Indonesia, khususnya Jatim menjadi pusat industrialisasi kebutuhan pokok dunia serta menjadi negara tujuan wisata dunia. Langkah ini sekaligus untuk menciptakan lapangan kerja yang luas dalam rangka mengantisipasi bonus demografi.
Menurut dia, pada tahun 2031, Indonesia mendapatkan bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif mencapai 201 juta jiwa. "Ini kalau disiapkan akan jadi bonus tetapi jika tidak disiapkan justru akan menjadi malapetaka. Kadin Jatim bersama Kadin Institute memiliki komitmen besar dalam peningkatan SDM. Peningkatan kualitas SDM menjadi prioritas ketiga program Kadin di tahun depan," kata dia.