Senin 19 Dec 2022 01:10 WIB

KBLBB Masih Tergolong Barang Mewah

Kurang tepat membandingkan intensif untuk mobil listrik dengan negara lain.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
KBLBB Masih Tergolong Barang Mewah (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
KBLBB Masih Tergolong Barang Mewah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah mempersiapkan insentif untuk pengguna Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Negara (BAKN) DPR RI, Anis Byarwati, meminta pemerintah untuk meninjau ulang rencana tersebut.

Apalagi, memakai dalih percepatan adopsi KBLBB itu, pemerintah telah mengucurkan berbagai insentif yang tersebar di berbagai sektor. Mulai dari perbankan sampai industri asuransi. Anis menilai, KBLBB masih tergolong sebagai barang mewah.

Baca Juga

Khususnya, mobil listrik bagi masyarakat Indonesia. Mengutip Sekjen Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, dengan penduduk 270 juta, rasio kepemilikan mobil masih rendah, 99 mobil dari 1.000 penduduk.

"Artinya, mobil listrik masih menjadi barang mewah di negeri kita," kata Anis saat menghadiri rapat kerja Komisi XI DPR RI dengan OJK, di Nusantara I, DPR RI.

Rapat tersebut memiliki agenda untuk membahas peluang dan tantangan industri jasa keuangan dalam mendukung pembiayaan KBLBB. Politisi PKS ini mengingatkan, semua pihak-pihak terkait masih perlu mencermati tentang peruntukan KBLBB ini.

Anis berpendapat, ketika insentif untuk KBLBB diberikan, maka akan mencederai perasaan masyarakat. Ia merasa, kurang tepat membandingkan intensif untuk mobil listrik dengan negara lain yang memiliki program serupa karena kondisi berbeda.  

Saat ini, ia mengingatkan, bukan insentif mobil listrik yang sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia. Artinya, kalau insentif ini jadi dilakukan, diberikan ke sesuatu yang tidak memiliki dampak ekonomi langsung ke kesejahteraan masyarakat. "Saya kira itu patut untuk ditinjau ulang," ujar Anis.

Anis menyarankan, keputusan untuk memberi insentif KBLBB tidak hanya melihat dari sisi supply. Tapi, perlu dipikirkan sisi demand, khususnya siapa yang akan membeli baik demand side yang orientasinya ekspor maupun keperluan domestik.

"Termasuk, analisis daya beli yang dimiliki pasar domestik. Nampaknya, ini perlu menjadi pertimbangan kita bersama, sehingga insentif yang diberikan untuk KBLBB betul-betul tepat sasaran dan tidak sia-sia," kata Anis. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement