REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta mengatakan masih banyak kasus tuberkulosis (TBC) yang belum terdeteksi. Hal ini juga dikarenakan masih banyak masyarakat yang enggan melaporkan ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).
Untuk itu, Dinkes Yogya menggencarkan screening atau deteksi dini TBC. Screening ini bahkan dilakukan hingga ke pasar-pasar tradisional. "Kita lakukan screening untuk menemukan kasus yang tidak terdeteksi," kata Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan, Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah di Horison Ultima Riss Malioboro Yogyakarta, Selasa (13/12).
Lana mengatakan, sejak pekan kemarin sudah dilakukan screening di berbagai pasar tradisional di Kota Yogyakarta. Mulai dari Pasar Beringharjo, Pasar Pasty, Pasar Pingit dan Pasar Gedong Kuning.
Hingga saat ini, screening TBC di pasar-pasar tradisional ini terus dilakukan. Harapannya, digencarkan screening tersebut dapat menemukan kasus TBC sejak dini.
Pasalnya, tidak semua kasus TBC yang memiliki gejala atau masuk dalam TBC aktif. Lana menuturkan, penderita TBC laten justru tidak menunjukkan gejala dan harus untuk mengetahui terpapar atau tidaknya harus dilakukan pemeriksaan sampel.
"Screening di pasar Beringharjo beberapa hari kedepan, juga di lokasi-lokasi khusus yang mungkin bisa jadi ditemukan infeksi laten. Ini sudah jalan hari ketiga, kemarin di Pasty dua hari dan akan pindah ke Pingit dan Gedong Kuning. Itu upaya kita mencari dan kasus-kasus yang tidak terdeteksi," ujar Lana.
Sementara itu, perwakilan dari RS PKU Muhammadiyah menyebut bahwa pihaknya juga melakukan screening TBC terhadap pasien-pasien yang datang ke rumah sakit. Screening ini dilakukan agar kasus TBC dapat diketahui sejak dini, dan tidak semakin menular di masyarakat.
"Screening dilakukan untuk mendongkrak (jumlah) suspek, karena banyak kemungkinan yang tidak terdeteksi," kata RS PKU Muhammadiyah.