REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akademisi, Rocky Gerung, melihat Nabi Muhammad SAW sebagai sosok politisi, negarawan, dan juga pemimpin dunia. Ini karena sesuatu yang diucapkan beliau dari abad ke-6 sampai sekarang masih dibicarakan kembali. Baik itu dalam risalah sosiologis, ataupun versi politik serta terjemahan hermeneutik dari ayat-ayat Alquran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, terutama tentang keadilan sosial.
"Sekarang ada keresahan di dunia ini, soal desain seperti apa dunia dapat hidup berdampingan dalam status keadilan sosial. Kapitalisme gagal, komunisme berbahaya," ujar Rocky, dalam
Kuliah Maulid Rock Gerung, Rasulullah Kedepankan Etikabilitas Dalam Mencari Pemimpin seperti dirilis di laman Youtube-nya, Senin (12/12/2022).
Menurut Rocky, orang-orang kini masuk pada upaya untuk memikirkan jenis ekonomi atau transaksi sosial yang dasarnya pada kesetaraan manusia. Banyak orang mulai melakukan studi-studi baru tentang Islam.
"Karena Islam adalah dokumen yang selesai. dokumen yang final sebagai wahyu. Tidak ada intrepetasi setelah itu satu tahun meninggalnya Nabi naskah itu selesai," jelas dia.
Karena secara tekstual Alquran memuat secara sempurna, secara lengkap seluruh bayangan manusia tentang kehidupan pribadi, alam, akhirat, dan bernegara. "Saya menganggap ini suatu dokumen sosial ketika dunia mengalami ilusi tentang masa depan."
Rocky mengatakan, kepemimpinan Nabi Muhammad SAW telah menjadi model sepertiga umat manusia. Artinya, jika ada sembilan milyar manusia, maka sepertiga mengikut Nabi Muhammad. "Tiga milyar, ini banyak sekali."
Salah satu ajaran yang disampaikan Nabi, jelas Rocky, adalah
perintah untuk berjihad. Namun perintah jihad di sini bukan berati kekerasan, melainkan mengucapkan kebaikan dan menyelenggarakan kebaikan. "Menghalangi keburukan agar kejahatan tak bertambah banyak. Bukan kekerasan."