Sabtu 10 Dec 2022 20:12 WIB

Masyarakat Bali Diajak Peduli Masalah Sampah di Lokasi Wisata

Bali setiap harinya kedatangan 40 ribu wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Wisatawan memadati objek wisata Pantai Sanur saat liburan di Pantai Sanur, Kota Denpasar, Provinsi Bali, Ahad (19/12/2021).
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Wisatawan memadati objek wisata Pantai Sanur saat liburan di Pantai Sanur, Kota Denpasar, Provinsi Bali, Ahad (19/12/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pencemaran plastik di laut tidak semata-mata langsung dari laut, namun harus dilihat juga ke hulu. Melihat permasalahan sampah laut yang sedang terjadi saat ini di pantai bagian selatan Pulau Bali, Yok Yok Ayok Daur Ulang! (YYADU!) yang merupakan program advokasi dan edukasi daur ulang plastik ingin menghadirkan solusi dan meningkatkan kesadaran penanganan sampah.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno mengutip data Sustainable Travel Report, sekitar 83 persen wisatawan menganggap perjalanan berkelanjutan itu penting. Di seminar 'Yok Yok Ayok Daur Ulang: Kelola Sampah Laut untuk Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan', Sandi menyebut, 62 persen wisata global lebih memilih tujuan dan akomodasi yang bersertifikasi ramah lingkungan.

Kemenparekraf mencoba menyikapi perubahan tren global pariwisata dengan mengembangkan wisata menjadi smart-green destination. "Adanya ketimpangan antara sosial-budaya serta ekonomi dan lingkungan menjadi PR (pekerjaan rumah), salah satunya pengelolaan sampah responsible atau bertanggungjawab," kata Sandi secara daring di seminar yang dihelat di Sanur, Kota Denpasar, Sabtu (10/12/2022).

 

Wakil Gubernur Bali, Prof Tjokorda Oka Artha alias Cok Oka menyampaikan, sektor pariwisata di Pulau Dewata sedang dalam pemulihan. Masa transisi kembalinya wisatawan ke Bali harus diimbangi dengan kesiapan lokasi wisata dari berbagai aspek, salah satunya kebersihan.

"Merawat lingkungan sudah menjadi kewajiban masyarakat Bali sejak dulu untuk menjaga kearifan Bali. Namun, seiring terjadinya transformasi mata pencaharian, terjadi kevakuman tanggung jawab. Kewajiban ini perlu diingat dan diimplementasikan kembali di masa sekarang," jelasnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, I Made Teja, menuturkan, pihaknya sudah berusaha dari hulu ke hilir memperhatikan masalah lingkungan, dari gunung, danau, sungai, mata air hingga ke pantai dan laut. "Karena berbicara lingkungan itu sifatnya multisektor. Kami terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait implementasi pengelolaan sampah," jelasnya.

Ketua Bali Tourism Board, Ida Bagus Agung, menyampaikan, saat ini, Bali setiap harinya selalu kedatangan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara sebanyak 40 ribu orang melalui jalur udara, laut, dan darat. "Perjalanan laut yang umumnya dilakukan dengan cruise selalu menjadi potensi pencemaran sampah di laut," ujar Ida Bagus.

Kesadaran masyarakat untuk memilah dan mengelola sampah untuk mendukung ekosistem tata kelola sampah agar tidak berujung mencemari lingkungan masih rendah. Bali Waste Cycle hadir untuk mengedukasi, melakukan pengangkutan, pengumpulan, sampai pada pengolahan sampah.

"Sehingga sinergitas berbagai pihak perlu dilakukan. Sampah yang sudah dipilah dan dikelola dengan baik, akan memudahkan untuk proses selanjutnya, yaitu daur ulang guna menjaga Provinsi Bali yang benar-benar BALI, bersih, asri, lestari, dan indah,” kata Founder Bali Waste Cycle, Putu Ivan Yunatana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement