Rabu 07 Dec 2022 17:23 WIB

Suplai Magma dan Anomali Panas Jelang Erupsi Merapi

Suplai magma Gunung Semeru, berdasarkan data PVMBG telah terjadi sejak Oktober.

Warga melihat Gunung Semeru yang mengeluarkan material vulkanis dari Desa Sumberwuluh,Lumajang, Jawa Timur, Senin (5/12/2022). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di radius 15 Km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu.
Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Warga melihat Gunung Semeru yang mengeluarkan material vulkanis dari Desa Sumberwuluh,Lumajang, Jawa Timur, Senin (5/12/2022). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di radius 15 Km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wilda Fizriyani, Fauziah Mursid, Rahayu Subekti

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM mengungkapkan, sebelum erupsi pada 4 Desember 2022, telah terjadi suplai magma di Gunung Semeru sejak Oktober. Hal ini diungkapkan Koordinator Gunung Api PVMBG, Oktory Prambada dalam konferensi pers (konpers) secara daring, Rabu (7/12/2022).

Baca Juga

Tory mengatakan, terdapat fakta menarik ketika jumlah suplai magma meningkat sejak Oktober lalu. Menurut dia, informasi deformasi menunjukkan adanya inflasi sehingga datanya saling mendukung. Informasi kegempaan melalui suplai magma ternyata memiliki keterkaitan dengan data deformasi. 

"Jadi suatu hal berkesinambungan sehingga dalam beberapa waktu terakhir kita bisa berkoordinasi dengan BPBD, masyarakat sekitar secara intensif selama beberapa bulan terakhir," ucapnya.

Selain itu, pihaknya juga menemukan adanya anomali panas pada 4 Desember lalu sebesar 15 megawatt (mw). Namun, data ini turun kembali ke angka 3 mw pada 7 Desember 2022.

Menurut Tory, data ini mengindikasikan berkurangnya penumpukan material pijar di sekitar permukaan kawah yang sebelumnya disebabkan erupsi yang terjadi setiap hari. Selanjutnya, Tory mengungkapkan, hal menarik ketika terjadi anomali thermal.

Pihaknya menemukan kadar belerang dioksida di udara lebih banyak pada 2 Desember lalu dengan besaran 1.78 Dobson unit. Hal ini yang menyebabkan Badan Geologi melalui PVMBG mengumumkan rilis pers selama dua hari berturut-turut karena terdapat anomali sejak 2 Desember lalu.

"Ini petunjuk bagus buat kita semua lebih siap mempersiapkan mitigasi terutama potensi APG bisa terjadi kapan saja termasuk yang terjadi pada 4 Desember lalu," jelasnya.

 

Pada kesempatan tersebut, Tory menegaskan, saat ini Gunung Semeru masih berada pada level empat atau awas. Hal ini berarti masih ada potensi terjadinya APG dan erupsi kecil.

Sebab itu, dia mendorong semua masyarakat bisa menaati ketentuan yang sudah diberikan. Salah satunya melalui peta kawasan rawan bencana (KRB) yang menjadi mitigasi yang sudah disampaikan instansinya.

Dia meminta masyarakat untuk bersabar karena saat ini Gunung Semeru sedang menjalankan tugasnya untuk menyeimbangkan alam. Ia berharap kondisi tersebut tidak berkepanjangan dalam kondisi demikian.

"Bahwa Semeru tidak akan selamanya seperti itu, ada tugas istirahat," kata dia menambahkan.

In Picture: Potret Erupsi Gunung Semeru

photo
Gunung Semeru mengeluarkan lava pijar terlihat dari Desa Oro Oro Ombo, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (17/1/2021). Gunung Semeru kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran sejauh 4,5 kilometer pada Sabtu (16/1) dan warga di sekitar gunung tersebut diiimbau agar waspada akan potensi bencana yang ditimbulkan. - (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement