REPUBLIKA.CO.ID,GARUT -- Aktivitas masyarakat di Kabupaten Garut telah kembali normal pascagempa berkekuatan magnitudo (M) 6,1 pada Sabtu (3/12/2022). Gempa yang berpusat di wilayah Mekarmukti, Kabupaten Garut, itu tak berdampak signifikan. "Sekarang kondisi sudah aman. Aktivitas masyarakat kembali normal," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Satria Budi, saat dikonfirmasi Republika, Selasa (6/12/2022).
Ia menyebutkan, usai kejadian gempa yang terjadi pada Sabtu sore itu, BPBD Kabupaten Garut menerima sedikitnya laporan sekitar 130 rumah yang memgalami kerusakan. Namun, setelah diverifikasi, hanya terdapat 35 rumah yang terdampak.
Menurut Budi, kerusakan yang rumah terdampak gempa bumi juga tak begitu signifikan. Tak ada rumah yang mengalami kerusakan berat akibat gempa bumi. "Ada rumah retak-retak, bukan rusak. Retak hanya plesternya, tak sampai di struktur. Artinya masih aman. Tidak sampai ada yang mengungsi," kata dia.
Ihwal adanya laporan sekolah yang terdampak di Kecamatan Pakenjeng, Budi menjelaskan, bagian yang terdampak hanya dapur sekolah. Dapur itu sejatinya merupakan lahan kosong yang dimanfaatkan oleh penjaga sekolah. Sementara bangunan ruang kelas tidak ada yang terdampak."Kalau kelas aman, KBM berjalan aman," ujar dia.
Kendati demikian, BPBD tetap meminta masyarakat di Kabupaten Garut untuk tetap waspada. Pasalnya, di daerah itu terdapat sejumlah sumber gempa bumi. Gempa bumi itu disebut dapat terjadi tanpa diprediksi.
Budi mengatakan, ketika terjadi gempa, masyarakat harus segera keluar bangunan dan berkumpul di lapang. "Kalau ada dalam ruangan, lindungi kepala. Setelah itu segera keluar ruangan," kata dia.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Garut per Ahad (4/12/2022) pukul 15.13 WIB, terdapat 35 rumah yang terdampak di delapan kecamatan akibat gempa bumi tersebut. Rinciannya, 12 rumah terdampak di Kecamatan Bungbulang, dua rumah di Pakenjeng, tiga rumah di Cikelet, sembilan rumah Talegong, satu rumah di Selaawi, dua rumah di Cibalong, empat rumah di Samarang, dandua rumah di Cisewu.
Selain itu, terdapat dua bangunan sekolah yang terdampak, yaitu SDN 1 Jatiwangi Kecamatan Pakenjeng dan sebuah sekolah madrasah di Kecamatan Selaawi. Dalam laporan yang telah dikonfirmasi Republika itu, juga disebutkan ada 18 kepala keluarga (KK) atau 65 jiwa warga yang terdampak.