Senin 05 Dec 2022 18:22 WIB

Insinyur Harus Adaptif dengan Digitalisasi dan IoT 

Daya saing insinyur pun harus didukung oleh sertifikasi internasional.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Talkshow bertajuk
Foto: Istimewa
Talkshow bertajuk

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Digitalisasi di era industri 4.0 saat ini mutlak harus dilakukan. Tak terkecuali bagi insinyur agar bisa mendapatkan posisi strategis dalam suatu proyek. 

Menurut Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Pusat, Bambang Goeritno, setiap insinyur memerlukan banyak adaptasi dengan berbagai kondisi pekerjaan. Pada era industri 4.0 saat ini, kata dia digitalisasi sangat dibutuhkan insinyur sehingga tidak bisa ditawar lagi. 

"Kini para insinyur Tanah Air sedang digitalisasi dan automasi mengharuskan insinyur yang bekerja di Indonesia untuk bisa fokus pada peningkatan keterampilan dan kompetensi secara terus-menerus," ujar Bambang, dalam siaran persnya, Senin (5/12)

Bambang mengatakan, penguasaan digitalisasi membuat para insinyur menjadi lebih mudah, cepat, dan akurat dalam pekerjaannya. Sehingga menghasilkan deliverables yang lebih berkualitas pastinya.

Saat ditanya mengenai penguasaan digitalisasi dan automasi seperti apa yang harus dimiliki insinyur, menurut Bambang, terdapat beberapa hal seperti big data, internet of things (IoT), dan sensor-based t. echnology. 

"Lalu geographic information systems (GIS), building information modelling (BIM), augmented reality (AR) and mobile technology, dan artificial intelligence (AI). Ini semua akan menopang karir para Insinyur untuk bisa mendapatkan posisi strategis di proyek dan perusahaan tempat bekerja," katanya.

Proses adaptasi ini, kata dia, terutama diperlukan insinyur pemula. Yakni, dari jenjang karir insinyur level junior yang membutuhkan banyak adaptasi dengan pekerjaan maupun proses belajar lebih lanjut. 

"Sehingga bisa menjadi insinyur berpengalaman yang lebih matang dan memutuskan jalur mana yang akan mereka pilih seperti manajemen proyek, spesialis, atau pengembangan bisnis," katanya.

Sementara menurut Ketua Umum PII Danis Hidayat Sumadilaga, daya saing insinyur pun harus didukung oleh sertifikasi internasional. Dalam upaya tersebut, lanjutnya, PII terus memfasilitasi anggotanya melalui kerjasama dengan International Engineering Alliances (IEA).

"Daya saing global insinyur Indonesia sangat perlu didukung oleh Sertifikasi Internasional," katanya. 

Saat ini, kata dia, terdapat sekitar 23 ribu insinyur profesional. Dari jumlah itu, sekitar 2-3 persen di antaranya merupakan insinyur asing yang menjadi insinyur profesional sesuai amanah Undang-undang Nomor 11 Tahun 2014. 

"Jadi untuk melakukan praktik keinsinyuran, semua insinyur (lokal maupun asing) wajib mengikuti program sertifikasi Insinyur Profesional dan mendapatkan Ijin Praktik Keinsinyuran (STRI)," katanya. 

Menurutnya, terdapat beberapa kompetensi kunci yang harus dimiliki insinyur. "Project Management, Entrepreneurship, Leadership & Communication, Technical Specialization, English and Various Foreign Languages, Presentation Skills, Teamwork & Cooperation, Code of Ethics, Digital skills related to engineering profession," katanya.

Agar semua itu bisa terkuasai, Danis memastikan pihaknya terus berupaya meningkatkan kompetensi insinyur untuk menambah wawasan dalam berbagai sektor keinsinyuran baik secara nasional maupun global. Salah satunya dengan menyelenggarakan talkshow bertajuk 'Cerita Tentang Insinyur yang Bergelut di Berbagai Sektor Keinsinyuran' belum lama ini.

Acara ini menghadirkan sejumlah panelis yang sudah ahli dan berpengalaman dalam sektor keinsinyuran. "Tujuan webinar ini untuk berbicara banyak hal mengenai pentingnya peran insinyur dalam berbagai sektor keinsinyuran," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement