REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia kaya dengan keragaman pangan lokal yang kaya nutrisi. Akan tetapi, generasi muda masih banyak yang belum mengenal aneka pangan lokal tersebut hingga membuat keberadaannya terancam punah."Pada dasarnya penting sekali menggapai generasi milenial dan di bawahnya. Supaya pangan lokal tidak ditinggalkan," ujar peneliti kuliner NUSA Indonesian Gastronomy, Meilati Batubara, dalam siaran pers, Selasa (29/11/2022).
Menurut Meilati, dibutuhkan peta jalan untuk mendukung ketahanan pangan lokal dalam jangka panjang. Selain membuat peta jalan, narasi-narasi baik tentang pangan lokal juga perlu digaungkan agar dapat bertahan di era saat ini dan masa depan."Peta jalan atau narasi-narasi baik bagaimana pangan lokal bisa bertahan. Bukan saling mematikan dengan budaya-budaya yang masuk," kata dia.
Senada dengan Meilati, pendiri sekaligus pemilik Rumah Organik, Bibong Widyarti, mengatakan agar beragam pangan lokal dikenal secara meluas dan bisa dipertahankan secara turun temurun, campur tangan pemerintah dan banyak pihak mutlak diperlukan."Kita perlu kolaborasi dari semua pihak. Ya petani, pemerintah, bagian packaging (kemasan), bagian branding (pengenalan merk), dan semua pihak,” kata Bibong.
Salah satu cara mengenalkan konsumsi beragam pangan lokal yang kaya nutrisi kepada generasi milenial dan di bawahnya adalah melalui kurikulum pendidikan. Pentingnya membangun jalur komunikasi dengan generasi milenial juga diakui peneliti Lembaga Studi Dayak-21, Marko Mahin. Bagi dia, penting membahasakan pangan lokal dalam bahasa milenial. "Agar kita tidak kehilangan budaya. Tapi penting juga untuk memberikan edukasi kepada generasi milenial makanan bisa menjadi racun atau obat bagi tubuh kita," kata Marko Mahin.