REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil meresmikan Tugu Sekolah Model Pelajar Pancasila Jabar Masagi di SMA Negeri 25 Bandung, Kamis (24/11/2022). Peresmian tersebut, merupakan rangkaian peringatan Hari Guru di Jawa Barat dimulai dengan kegiatan bertema “Niti Bukti Sakola Masagi dari Jawa Barat untuk Indonesia".
Acara ini dihadiri sekitar 1.500 peserta didik SMA/SMK/SLB dari 16 sekolah di Jabar. Peresmian tugu sebagai simbol pendidikan berkarakter di Jawa Barat.
Menurut Ridwan Kamil, Jabar mendapatkan apresiasi dari Kemendikbudristek terkait tiga program merdeka belajar. Yakni, literasi, numerasi dan karakter. Khusus karakter, penerapannya sangat siap di Jabar.
"Ini usaha sudah berlangsung hampir 5 tahun yakni menyiapkan sebuah kurikulum pendidikan karakter berbasis kearifan lokal dari irisan 3 budaya," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Kamis (24/11/2022).
Emil berharap, para pelajar di Jabar bisa memiliki karakter kuat yang berbasis budaya. Maka dari itu, tidak boleh ada lagi yang namanya perundungan atau kekerasan seksual di Jabar. "Tadi Pak Dirjen (kemendikbudristek) menyampaikan, karena kami sudah panjang eksperimentasinya, kalau berkenan bisa direplikasi sesuai kearifan lokal nusantara, sehingga ini menjadi sebuah percontohan," paparnya.
Simbolisasi dari pendidikan karakter di Jabar, kata dia, berupa Tugu Model Pelajar Pancasila Jabar Masagi. Sedangkan implementasinya ada di dalam proses-proses pengajaran di sekolah. "Orang tua Insya Allah tenang menitipkan bersekolah di Jawa Barat karena pendidikan karakternya kita latih juga secara serius," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat, Dedi Supandi mengatakan, tugu tersebut merupakan simbolis dari Jabar yang memiliki pelajar pancasilais atau berkarakter. Mengingat Disdik Jabar sudah meluncurkan beberapa program kaitan kurikulum Jabar masagi, di antaranya pendidikan anti korupsi, anti radikalisme, dan kurikulum mitra industri. "Pada saat itu disatukan, ternyata pembentukan karakter sangat dibutuhkan dalam rangka mengikat itu semua," kata Dedi.
Menurut Dedi, konsep pendidikan Jabar Masagi yang berkarakter lokal Jawa Barat harus dilakukan. Salah satunya terlihat dari kolaborasi 16 SMA/SMK dan SLB di Jabar secara gotong gorong setelah memenuhi pendidikan di kurikulum Jabar Masagi menampilkan pertunjukan dalam Festival Praktik Baik Kearifan dan Potensi Lokal.
"Semuanya itu tadi filsafat. Misalnya praktik yang nikah, seserahannya itu semua buatan anak-anak sekolah. Itu dibangun dari jiwa gotong royong. Jadi pancasila itu ada di sana semua," kata Dedi.
Dedi mengatakan, pada awalnya ada sebuah survei yang menyebut Jabar merupakan provinsi intoleran, radikalisme, dan kekerasan dibanding provinsi lain. Namun semua itu tak perlu dikhawatirkan lagi oleh para orangtua, mengingat aspek pendidikan di Jawa Barat sudah memasukan penangkal itu semua dalam sebuah kurikulum.