Rabu 23 Nov 2022 11:01 WIB

Pakar: Gempa Cianjur Bukan dari Sesar Cimandiri

Pakar dari Puslit MKPI sebut gempa Cianjur bukan dari Sesar Cimandiri.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Bilal Ramadhan
Suasana rumah dan jalan yang hancur akibat gempa di Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). Pakar dari Puslit MKPI sebut gempa Cianjur bukan dari Sesar Cimandiri.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana rumah dan jalan yang hancur akibat gempa di Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). Pakar dari Puslit MKPI sebut gempa Cianjur bukan dari Sesar Cimandiri.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS, Amien Widodo menjelaskan gempa bermagnitudo 5,6 yang mengguncang Cianjur terjadi akibat lempeng tektonik yang bergerak dan menekan wilayah Indonesia sejak jutaan tahun lalu. Namun, kata dia, sumber gempa darat dari sesar aktif ini masih belum diketahui secara pasti.

Dirunut berdasarkan peta, berdekatan dengan Cianjur terdapat sesar Cimandiri yang membentang mulai dari Teluk Pelabuhan Ratu hingga Cianjur. Sesar ini pernah mengguncang Sukabumi pada 2001.

Baca Juga

"Namun, letak sesar yang berada jauh di sebelah utara tempat kejadian dipastikan bukan penyebab dari gempa Cianjur ini," kata Amien, Rabu (23/11/2022).

Dosen Departemen Teknik Geofisika ITS itu menjelaskan, gempa merupakan suatu peristiwa yang tidak bisa diprediksi kemunculannya. Namun, berkaca dari peristiwa gempa yang kerap melanda beberapa daerah Indonesia, seharusnya bisa dijadikan acuan mitigasi. Mitigasi, kata Amien, dibagi menjadi dua jenis.

"Yakni mitigasi struktural yang berfokus pada pembangunan infrastruktur dan mitigasi nonstruktural yang berfokus pada edukasi masyarakat," ujarnya.

Amien kemudian menjelaskan pertolongan gempa berdasarkan hasil survei gempa Kobe 1995. Menurut survei tersebut, pertolongan berasal dari diri sendiri mencapai 35 persen, keluarga 32 persen, tetangga 28 persen, dan sisanya 5 persen dari luar. Dapat disimpulkan, tanggung jawab terbesar akan keselamatan kita berada pada diri sendiri.

"Tanamkanlah pengetahuan tentang gempa agar bisa selamat," kata Amien.

Amien juga berharap pemerintah untuk lebih memetakan sesar yang ada di Indonesia dan memberikan pemetaan bagaimana semestinya jarak dan model rumah dibangun. Amien mengatakan, gempa memang tidak membunuh, tetapi bangunanlah yang menyebabkan timbulnya korban sehingga pemetaan perlu dilakukan.

Amien juga berharap masyarakat bisa meningkatkan literasi kebencanaan. Ia mengingatkan, masyarakat jangan berpikir bahwasannya bencana merupakan takdir, azab, maupun kutukan.

"Penumbuhan pengetahuan akan ancaman di sekitar akan mengurangi risiko bencana," kata Amien.

Baca juga : Cianjur Digoyang Gempa Sesar Cimandiri, Jakarta Juga Harus Waspadai Sesar Baribis

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement