Ahad 20 Nov 2022 17:44 WIB

Republik Gobar Sukses Digelar, Goweser: Tanjakannya Lada Karet Lima

Meski jalur sepeda Republik Gobar etape #1 ekstrem, peserta tak kapok

Rep: Dea alvi soraya/ Red: Gita Amanda
Peserta melalui tanjakan saat kegiatan Republik Gobar (Gowes Bareng) Etape I di Pusjatan Kemeterian PUPR Kota Bandung, Ahad (20/11). Kegiatan yang digelar Republika Jawa Barat ini diikuti oleh sedikitnya 200 pesepeda dari berbagai komunitas di Jawa Barat.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Peserta melalui tanjakan saat kegiatan Republik Gobar (Gowes Bareng) Etape I di Pusjatan Kemeterian PUPR Kota Bandung, Ahad (20/11). Kegiatan yang digelar Republika Jawa Barat ini diikuti oleh sedikitnya 200 pesepeda dari berbagai komunitas di Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Setelah dua tahun lebih hanya dapat digelar secara daring akibat pandemi, Republika kembali dapat menggelar Republik Gowes Bareng (Gobar) secara luring yang diikuti oleh sekitar 200 pesepeda dari sekitar 20 komunitas. Berbeda dengan tipe jalur sebelumnya yang cenderung landai, di Republik Gobar etape #1 ini menyajikan jalur yang cukup ekstrem.

“(Track) Lada (pedes) karet lima ini mah, level 50 kalau di seblak mah. jadi banyak istigfar naik sepeda teh,” ujar salah satu pesepeda, Sugeng (52 tahun) begitu tiba di garis finish di Maranganani Camp, Kabupaten Bandung.

Perempuan pensiunan atlet voli ini mengaku cukup terkejut dengan jalur yang sudah menanjak bahkan sejak garis start. Menurutnya, ini merupakan jalur terekstrem yang pernah dia taklukkan.

“Pas liat track-nya, kacau ini mah, tapi kalau nggak dijabanin juga sayang, makanya hajar aja,” ujar wanita yang sudah aktif bersepeda sejak empat tahun belakangan ini.

Namun Sugeng mengaku cukup kecewa karena tidak dapat menaklukkan jalur dengan sempurna, karena ban sepedanya bocor di Pasir Angin, 800 meter sebelum garis finish. Menurutnya, bannya memang sudah beberapa kali kempes hingga akhirnya benar-benar tidak dapat diselamatkan.

“Jadi 90 persen track itu sudah tercapai lah, karena bocor terpaksa ikut tim loading (pengangkut), kalau tidak bocor mungkin masih bisa lanjut walaupun pelan-pelan,” ujarnya.

Meski menguras tenaga, Sugeng meyakinkan akan kembali berpartisipasi di kegiatan Republik Gobar selanjutnya, yang rencananya akan digelar pada Desember mendatang. “(Gobar selanjutnya) kalau bisa jangan terlalu 'pedes' lah track nya, walaupun ini juga nggak sampai kapok sih, tetap happy,” sambung anggota komunitas pesepeda Senyum itu.

Lain halnya dengan Hendro, pria berusia 59 tahun ini berhasil menaklukkan seluruh tanjakan dan turunan curam dengan sempurna. Pensiunan PT Telkom Indonesia itu menjadi peserta yang pertama tiba di garis finish meski hanya mengandalkan sepeda lipat 16 inchi-nya.

“Saya sempat jatuh tadi, karena sepeda ini memang kurang cocok untuk track ekstrem,” ujarnya begitu ditemui Republika di garis akhir.

Hendro mengalami luka ringan di bagian kaki dan tangan akibat terperosok setelah mencoba menyalip dua pesepeda lain. Menurutnya, ukuran ban yang kecil membuatnya tidak mampu mengendalikan laju di turunan yang tajam, ditambah struktur jalur yang cukup licin.

“Turunannya curam, jalannya itu juga agak jelek. Lalu di ujung turunan itu langsung belok kanan, jadi sudah tidak kontrol, makanya sepeda langsung saya lepas dan saya langsung masuk selokan, untungnya kering tapi ya lecet-lecet karena banyak batu,” tuturnya saat tim Republik Gobar memberikan pertolongan pertama.

Walaupun sempat cedera, namun Hendro mengaku tidak kapok. Menurutnya, jatuh atau cedera merupakan resiko yang pasti terjadi bagi pesepeda. Dia juga mengaku sangat puas karena mampu menaklukkan jalur ekstrem sepanjang kurang lebih 10 kilometer tersebut.

“Namanya pesepeda ya biasa jatuh, kalau tidak mau jatuh ya jangan sepedaan. Walaupun memang ini cedera saya yang paling parah,” ujarnya sambil terkekeh.

Pria yang telah aktif bersepeda sejak 2019 silam itu mengaku telah lama menantikan kegiatan yang menyajikan jalur menantang, mengingat sejauh ini dia lebih banyak menaklukkan jalur-jalur landai. “Terima kasih untuk Republika yang sudah mengadakan event seperti ini, karena jujur saja setelah pandemi kami itu  haus gowes khususnya track curam seperti ini,” tuturnya.

Perlu diketahui, titik awal rute Republik Gober etape #1 ini dimulai dari Kantor Direktorat Bina Teknik Jalan dan Jembatan  Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jalan AH Nasution, Arcamanik, Kota Bandung. Dari garis start, peserta harus menempuh rute melalui Jalan Cijambe, Kosar, Giri Mekar, Cigarukgak, Batununggal, Cibejog, Bongkor, Babakan Batawi, Sasak Lemah, Tanjakan Panjang, Palintang, Jalan Palalangon, sebelum tiba di garis finis di Maranganani Camp, Cipanjalu, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Begitu tiba di garis akhir, peserta langsung disajikan kudapan dan makan siang sambil menikmati pemandangan pegunungan yang asri. Peserta juga mendapatkan kesempatan memperoleh doorprize yang telah disiapkan Bank BJB, Bank BJB Syariah, dan Aman Palestin Indonesia selaku pendukung acara.

Ketua Panitia Republik Gobar 2022 Yusuf Supriatna mengatakan, alasan dipilihnya jalur ini merujuk pada karakter peserta yang seluruhnya merupakan pesepeda profesional. Dia juga memastikan bahwa seluruh kegiatan ini telah dipastikan tingkat keamanannya. Dia juga mengingatkan bahwa tujuan utama digelarnya Republik Gobar adalah sebagai ajang silaturahmi bukan kompetisi.

“Kami tidak ingin peserta memaksakan diri, kami juga sediakan mobil pick up dan petugas yang siap untuk membantu peserta yang mengalami kesulitan,” ujarnya.

“Yang jelas kami sudah memperhitungkan segala macam, baik track, petunjuk arah, maupun langkah antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement