Sabtu 19 Nov 2022 16:06 WIB

Innalillah..Pengasuh Pesantren Cipasung KH Abun Bunyamin Ruhiat Wafat

Pengasuh Pesantren Cipasung Tasikmalaya KH Abun Bunyawin Ruhiat wafat Sabtu

Rep: Bayu Adji P/ Red: Nashih Nashrullah
KH Abun Bunyamin Ruhiyat saat membacakan khutbah wukuf di Arafah (ilustrasi.  https://www.nu.or.id/fragmen/sejarah-perkembangan-pesantren-cipasung-dari-masa-ke-masa-w9qmO
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
KH Abun Bunyamin Ruhiyat saat membacakan khutbah wukuf di Arafah (ilustrasi. https://www.nu.or.id/fragmen/sejarah-perkembangan-pesantren-cipasung-dari-masa-ke-masa-w9qmO

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA – Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Kabar duka datang dari kalangan santri di Tasikmalaya.

Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Cipasung di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, KH Abun Bunyamin Ruhiat, meninggal dunia pada Sabtu (19/11/2022).

Baca Juga

Kabar meninggalnya Kiai Bunyamin dikonfirmasi melalui akun Instagram Ponpes Cipasung. Almarhum Kiai Bunyamin meninggal pada Sabtu sekitar pukul 10.13 WIB.

Salah seorang keluarga Ponpes Cipasung, Haryadi Ahmad Satari, mengatakan, almarhum Kiai Bunyamin saat menjalani perawatan di di RS TMC Kota Tasikmalaya. 

"Iya benar kang, minta doanya untuk bapak. Tadi meninggal pukul 10.12 di TMC," ujar Haryadi kepada wartawan.

Dia menambahkan, jenazah Kiai Bunyamin akan dimakamkan pada Sabtu. Almarhum akan dimakamkan di pemakaman keluarga kompleks Ponpes Cipasung.

"Iya gimana nanti pihak keluarga. Tapi rencananya hari ini dimakamkan," kata dia.

Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tasikmalaya, KH Aminudin Bustomi, mengatakan, almarhum merupakan ulama besar dari Tasikmalaya.

Menurut dia, masyarakat merasa sangat kehilangan atas meninggalnya Kiai Bunyamin.

"Kita hari ini kehilangan salah satu ulama besar dari Tasikmalaya," kata dia.

Pesantren tua

Pesantren Cipasung merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Barat. Pesantren Cipasung didirikan KH Ruhiat, pada akhir 1931.

Semula, santri yang menetap di pesantren ini berjumlah kurang lebih 40 orang. Sebagian santri tersebut adalah mereka yang ikut dari Pesantren Cilenga, tempat Kiai Ruhiat menempa ilmu.

Di samping itu, ada pula santri kalong yang hanya mengaji pada malam hari dan siangnya kembali ke rumah. Mereka adalah warga yang tinggal di sekitar komplek Cipasung. (Tadzkirat Buku Panduan Mukimin Mukimat Pondok Pesantren Cipasung, 2018).

Sebagai pembinaan agama terhadap anak-anak usia muda, pada 1935 didirikan sekolah agama atau madrasah diniyah.

Sekolah inilah yang paling pertama didirikan di Pondok Pesantren Cipasung. Seiring berjalannya waktu, para santri telah tumbuh menjadi dewasa.

Lalu Kiai Ruhiat mendirikan Kursus Kader Mubalighin wal Musyawirin (KKM), pada tahun 1937. Kursus ini dibuat sebagai wadah santri dewasa untuk latihan berpidato, dakwah, dan musyawarah yang diadakan pada setiap malam Kamis. 

Tak hanya itu, pada 1943 Pesantren Cipasung juga memberikan wahana latihan bagi santri putri. Dibuatlah Kursus Kader Mubalighah agar santri putri dapat mengembangkan bakat pidato dan berdakwah. 

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada 17 Agustus 1945, Kiai Ruhiat semakin mengembangkan pendidikan di lingkungan Pesantren Cipasung. Hal ini dibuktikan dengan didirikannya sekolah formal di Pesantren Cipasung. 

Lembaga pendidikan yang didirikan di Pesantren Cipasung pasca-kemerdekaan adalah Sekolah Pendidikan Islam (SPI), pada 1949. Di sekolah ini, selain pendidikan agama, juga diberikan pula berbagai pengetahuan umum.

Lalu pada 1953, sekolah ini berubah nama menjadi Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI).  Di tahun yang sama, didirikan pula Sekolah Rendah Islam (SRI) yang kemudian berubah menjadi Madrasah Wajib Belajar (MWB) dan kini berubah lagi menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Sebagai kelanjutan dari MI dan SMPI, didirikan juga Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI), pada 1959.  Tak berhenti di situ, Kiai Ruhiat juga mendirikan dan membuka Perguruan Tinggi Islam (PTI) dengan Fakultas Tarbiyah, pada 25 September 1965. PTI Cipasung ini merupakan perguruan tinggi Islam pertama yang dibuka di Jawa Barat, bahkan sebelum ada Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. 

Kemudian, Yayasan Pondok Pesantren Cipasung akhirnya dibentuk pada tahun 1967. Yayasan ini dibentuk dengan tujuan untuk mengikat dan mewadahi semua kegiatan pesantren.

Lalu pada 1969, didirikan Sekolah Persiapan IAIN yang pada 1978 berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN).

Pada 1970, didirikan Fakultas Ushuluddin filial Cipasung. Namun dengan adanya pemusatan ke induknya, maka fakultas ini hanya berjalan selama dua tahun. 

KH Abun Bunyamin Ruhiat memegang kepemimpinan Pesantren Cipasung menggantikan KH Dudung Abd Halim yang wafat pada 2012.

 

Sumber: nu 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement