Jumat 18 Nov 2022 15:58 WIB

Korporasi Tani Mulus, Tingkatkan Produksi Padi, Sejahterakan Petani

Petani enggan berhubungan dengan bank karena adanya persyaratan yang dinilai rumit.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Dirut PT Tani Mulus Emas, Muhaimin, menunjukkan beras premium Tani Mulus.
Foto:

Kios saprotan

Sementara itu, untuk memberikan solusi pada masalah sarana produksi, Koperasi Tani Mulus membuka kios saprotan. Saat ini, baru satu kios yang mereka jalankan, yang terletak di Jalan Raya Mundakjaya-Terisi Desa Mundakjaya. 

"Awal Desember 2022 nanti, kami akan buka dua kios lainnya di tempat lain," ujar Muhaimin.

Dengan memiliki kios saprotan sendiri, sambung Muhaimin, maka para anggotanya bisa lebih mudah memperoleh berbagai sarana produksi dengan harga yang bersaing. Disamping itu juga sekaligus membesarkan koperasi. 

"Jadi, dari total akses pembiayaan yang diterima petani, 80 persen bersifat tunai dan 20 persen berupa sarana produksi seperti benih, obat-obatan, pupuk dan lainnya,’’ tutur dia. 

Sedangkan solusi untuk mengatasi masalah kepastian pasar saat panen, Tani Mulus menjalin mitra dengan beberapa pasar, baik BUMN, BUMD, swasta, individu maupun market place. Adanya kerja sama dengan mitra pasar itu, otomatis membuat serapan hasil panen petani menjadi lebih pasti. 

Dalam kerja sama itu, lanjut Muhaimin, pihaknya menanyakan ke mitra pasar mengenai produk/varietas padi apa yang mereka dibutuhkan, termasuk mengenai jumlah maupun harganya. Setelah ada kepastian dan kesepakatan dengan mitra tersebut, Tani Mulus kemudian mensosialisasikan dan mendorong anggotanya untuk menanam produk tersebut.

"Melalui metode contract farming, petani jadi tahu kebutuhan pasar dan ada kepastian atau jaminan pasar untuk menyerapnya," ujarnya. 

Muhaimin mencontohkan, salah satu mitra pasar menginginkan gabah dari benih Bawon. Itu berarti, pihaknya akan mendorong sejumlah anggotanya untuk menanam benih Bawon, dengan luas lahan seperti yang mereka minta. 

Setelah itu, ditentukan calon petani dan calon lokasi (CPCL)-nya. Selama proses tanam hingga panennya pun akan terus dipantau dan didampingi oleh pihak mitra maupun koperasi Tani Mulus.

Tak hanya kepastian penyerapan produk, lanjut Muhaimin, pihaknya pun bisa melakukan negosiasi harga hingga bisa lebih tinggi dari pasaran. Seperti misalnya untuk gabah varietas IR, saat di pasaran hanya dihargai Rp 4.200 - Rp 4.500 per kilogram, di pasar yang menjadi mitra bisa Rp 5.200 per kilogram. 

"Jadi kami pun membeli dari petani dengan harga lebih tinggi dari pasaran, sehingga kesejahteraan petani bisa meningkat," kata dua.

Muhaimin memberikan contoh yang lain saat harga gabah varietas kebo yang ditanam petani pada musim rendeng 2021/2022 di daerahnya hanya dihargai Rp 3.200 per kilogram. Sedangkan dalam waktu bersamaan, gabah varietas Munjul seperti yang diminta mitra pasar dalam contract farming, harganya Rp 4.700 per kilogram.

"Jadi dengan adanya contract farming, petani antusias. Mereka bertanya, nanam varietas apa lagi nih yang dibutuhkan. Mereka siap," tutur Muhaimin.

Meski di sisi lain, Muhaimin pun tetap membebaskan para anggotanya untuk menanam padi dengan varietas apapun, seperti Ciherang, Bawon, Kebo ataupun Pandanwangi. Pasalnya, pihaknya saat ini belum bisa menyerap hasil produksi semua anggotanya.

Muhaimin menyatakan, pihaknya pun telah menerapkan digitalisasi dalam manajemen Tani Mulus. Termasuk pembukuan di kios saprotan.

Muhaimin menyebutkan, dengan segala upaya peningkatan produksi yang telah dilakukan, saat ini produksi padi anggota Tani Mulus rata-rata mencapai 8,4 – 9 ton per hektare. Jumlah itu naik hampir dua kali lipat dibandingkan sebelum 2010, yang hanya di kisaran lima ton per hektare.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement