Selasa 15 Nov 2022 18:09 WIB

Ini Tantangan Implementasi Pendidikan Al Islam-Kemuhammadiyah Menghadapi Era Digital

Implementasi Pendidikan Al Islam-Kemuhammadiyah hadapi tantangan zaman.

Sejumlah siswa melakukan penimbangan sampah yang sudah dipilah di SD Muhammadiyah 09 Plus ,Duren Sawit, Jakarta, Rabu (19/10/2022). Kegiatan merupakan kerjasama antara SD Muhammadiyah 09 Plus dengan Bank Sampah Gunung Emas Pulo Kambing tersebut sebagai upaya mengedukasi siswa tentang pengelolaan sampah serta menjaga kebersihan agar menumbuhkan karakter anak peduli lingkungan serta manfaat mengelola sampah dengan baik. Prayogi/Republika
Foto:

Salah satu pilar utama Gerakan Muhammadiyah adalah pendidikan. Karakter pendidikan Muhammadiyah adalah pendidikan Islam modern yang mengintegrasikan pendidikan agama dengan pendidikan umum dalam porsi yang sama pentingnya. Memadukan keyakinan iman dengan kemajuan ilmu dan teknologi secara terpadu. Dari integrasi ilmu dan agama, diharapkan akan lahir generasi muslim terpelajar yang unggul dalam iptek dan kokoh dalam imtaq.  Muktamar Muhammadiyah ke 46 di Yogyakarta 3-8 Juli 2010   telah menetapkan visi pendidikan Muhammadiyah, yaitu membentuk manusia pembelajar yang bertakwa, berakhlak mulia, berkemajuan dan unggul dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) sebagai perwujudan tajdid dakwah amar ma' ruf nahi munkar.

Pertanyaannya, bagaimanakah implementasi karakter pendidikan Muhammadiyah dalam menyiapkan generasi ke depan yang lingkungan sosiologisnya sudah serba digital. Banyak pihak menyebut mereka sebagai generasi z atau generasi i yang  karakteristik utamanya adalah mereka yang pergaulannya sudah serba berbasis internet. 

Sedikitnya ada empat hal yang perlu dilakukan Lembaga pendidikan Muhammadiyah. Pertama, Lembaga pendidikan Muhammadiyah harus memastikan seluruh pimpinan, dosen, guru, tenaga administrasi, dan sumber daya insani lainnya melek literasi al-Qur’an. Mereka harus fasih membaca al-Qur’an. Di level tertentu, wajib menghafal sejumlah ayat al Qur’an. Mereka juga harus aktif di persyarikatan agar internalisasi nilai perjuangan Muhammadiyah merasuk dalam sanubari yang kelak menggerakan keikhlasan dalam ber-Muhammadiyah. 

Kedua, Lembaga Pendidikan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah (PMM/A) sudah saatnya menjadikan al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) sebagai darma utama dalam catur darma PTM/A. Bukan sebagai darma keempat sebagaimana yang terjadi saat ini. Dan, aktifitas sumber daya insani  dalam kegiatan AIK diintegrasikan dalam sistem remunerasi. 

Ketiga, peserta didik: siswa dan mahasiswa yang beragama Islam yang selesai di level pendidikan tertentu dipastikan juga mahir literasi al-Qur’an pada levelnya masing-masing. Sebagai contoh, siswa lulusan SD wajib hafal beberapa  surat juzz 30. Lulusan SMP wajib hafal lebih banyak lagi, dan seterusnya. Mereka juga disiapkan melalui berbagai pelatihan bagaimana menggunakan internet secara sehat.

Terakhir, keempat, Lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah harus memodernisasi layanan berbasis pada kemajuan Information and Technology (IT). Menyiapkan konten pembelajaran berbasis digital. Menjadi produsen IT, bukan konsumen yang dikendalikan pasar.

Dengan literasi agama dan literasi digital yang kuat, diharapkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan Muhammadiyah yang tersebar di 177 PTM/A dan 3.334 sekolah/madrasah dapat berinteraksi secara sehat dengan kemajuan teknologi.

 

Wallahu ‘alam bi al shawab

Cibulan, 15 November 2022.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement