REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Aktivitas Gunung Semeru mengalami peningkatan selama beberapa hari terakhir. Bahkan, laporan terbaru menunjukkan gunung tersebut mengalami 19 kali erupsi pada Jumat (11/11/2022) periode 06.00 sampai 12.00 WIB.
Petugas Pemantauan Gunung Api (PGA) Semeru, Mukdas Sofian dalam laporannya mengatakan, Gunung Semeru memang telah mengalami 19 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10 sampai 20 milimeter (mm). "Dan lama gempanya sekitar 64 hingga 110 detik," kata Mukdas.
Di samping itu, gunung berketinggian 3.676 mdpl ini mengalami tiga kali gempa guguran dengan amplitudo tiga sampai lima mm dan lama gempa 50 hingga 64 detik. Lalu tercatat terjadi enam kali gempa embusan dengan amplitudo tiga sampai lima mm, dan lama gempa 68 hingga 80 detik.
Di samping itu, Gunung Semeru mengalami empat kali gempa harmonik dengan amplitudo empat hingga 12 mm, dan lama gempa 112 sampai 323 detik. Ada pun gempa tektonik jauhnya terjadi satu kali dengan amplitudo enam mm, S-P 17 detik dan lama gempa 52 detik.
Sementara itu, laporan secara penglihatan menunjukkan gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut 0-III. Petugas juga masih bisa mengamati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tebal tinggi sekitar 500 hingga 1.000 meter dari puncak.
Saat ini tingkat aktivitas Gunung Semeru masih level III atau siaga. Sebab itu, dia merekomendasikan masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan. Mereka harus menjauhi pusat erupsi atau puncak sejauh 13 kilometer (km).
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Di samping itu, dia juga mengimbau masyarakat tidak beraktivitas dalam radius lima km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru. Hal ini karena area tersebut rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Selanjutnya, masyarakat diminta untuk mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru. Hal ini terutama di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. "Serta mewaspadai potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan," kata dia menambahkan.