REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Kaprodi Teknik Lingkungan UII, Awaluddin Nurmiyanto menilai, semua bertanggung jawab mengelola sampah. Dari sirkuler ekonomi banyak hal-hal terkait pengelolaan sampah dan perlu perubahan cara pandang menyebutnya sumber daya.
"Keberadaan sampah yang sebenarnya sumber daya perlu diaktualisasi dengan usaha usaha masyarakat untuk mengelola. Dengan begitu, mendukung aktivitas ekonomi dan efisiensi sumber daya," kata Awaluddin di webinar Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) dan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) DIY.
Perwakilan Rakyat Peduli Lingkungan (Rapel), Marta Yenni menuturkan, salah satu contoh nyata mengampanyekan pengelolaan sampah berkelanjutan dari sumber sampah bersama aplikasi Rapel. Rapel merupakan aplikasi untuk menjual sampah anorganik.
Namun, masih memiliki nilai jual dan telah dipilah menurut jenisnya oleh pemilik sampah yang menjadi pengguna aplikasi. Rapel mengampanyekan gerakan pengelolaan sampah dari sumber sampah dengan sistem pembelian sampah terpilih secara daring.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah berkelanjutan dan belum banyak masyarakat yang melakukan pemilahan sampah jadi latar belakang. Survey 2015 dan 2018, sebagian masyarakat yang telah memilah sampah kecewa.
"Karena setelah dipindah kemudian dicampur lagi saat diambil oleh petugas. Maka itu, Rapel hadir untuk Indonesia," ujar Marta.
CEO Biomagg, Aminudin menuturkan, survey menunjukkan 81 persen masyarakat Indonesia masih tidak memilah sampah. Padahal, Indonesia sebagai negara kedua penghasil limbah makanan terbesar dunia perlu segera mengatasi masalah sampah.
"Hal yang sama dilakukan Biomagg yang merupakan perusahaan pengelolaan sampah. Biomagg hadir untuk mengolah sampah organik, khususnya limbah makanan agar ke depan Biomags mampu menghasilkan sumber pangan baru," kata Aminudin.
Head of Business PT. Waste4change Alam Indonesia, Martius d Adrian menekankan, sampah memang tanggung jawab semua masyarakat. PT. Wasteforchange hadir untuk mengelola sampah yang bertanggung jawab dari hulu hingga hilir.
Ia menilai, ada dua solusi Waste4change untuk mengelola sampah organik. Satu, pengangkutan sampah organik dan sampah anorganik via pelayanan pengangkutan sampah responsible waste management dan zero waste to landfill waste4change.
Dua, proses sampah organik di rumah memakai composing bag waste4change yang terjangkau dan mudah digunakan. Mereka telah mengumpulkan dan mengolah sampah secara bertanggung jawab dengan menciptakan kesadaran dan edukasi pengelolaan.
"Kumpul, angkut, buang tidak menyelesaikan masalah, tapi hanya memindahkan masalah dan menciptakan masalah baru," ujar Martius.