REPUBLIKA.CO.ID,PADANG-- Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi mengatakan inflasi di Sumbar mulai bergerak turun sebesar 0,59 persen pada bulan Oktober 2022 lalu. Meski sudah menurun, Mahyeldi menilai inflasi di Sumbar masih terbilang tinggi.
"Meski mengalami penurunan, angka yang relatif masih cukup tinggi disebabkan metode sampling yang dilakukan," kata Mahyeldi, Senin (7/11/2022).
Inflasi di Sumbar dianalisis berdasarkan sampel gabungan dua kota yakni Padang dan Bukittinggi. Menurut Mahyeldi, inflasi memang terjadi cukup tinggi.
Tapi bila digabungkan dengan daerah lain Mahyeldi yakin inflasi Sumbar sudah rendah.
Salah satu daerah di Sumbar yakni Kabupaten Tanah Datar saat ini termasuk daerah tingkat II yang inflasinya sangat rendah di Indonesia.
Adapun faktor penyebab inflasi terbesar diterangkan Buya, Salah satunya berasal kenaikan biaya distribusi beras dan Ikan tongkol akibat kenaikan harga BBM. Sementara penurunan inflasi disebabkan oleh turunnya harga cabai merah, hijau dan rawit, serta telur dan ayam ras.
Menurut Mahyeldi produksi beras di Sumatera Barat sebetulnya mengalami surplus. Namun tingginya permintaan dari provinsi tetangga seperti Riau dan Kepri menjadi penyebab kenaikan harga.
"Petani kita cukup tersenyum sebetulnya, karena harga beras cukup tinggi dan mampu menyuplai kebutuhan beras di Provinsi Riau dan provinsi tetangga lainnya," ucap Mahyeldi.
Meski begitu, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat lanjut Mahyeldi terus melakukan upaya-upaya penekanan laju inflasi. Diantaranya dengan bazar pasar murah di berbagai daerah, gerakan ketahanan dan ternak di desa dan nagari, menjaga kelancaran distribusi pangan, serta menjaga stok pangan daerah, khususnya beras.