Ahad 06 Nov 2022 03:35 WIB

PHKT Bawa Kersik Kian Resik, Prangat Baru Makin Maju Berkat Kapak Prabu

PHKT menginisiasi dan perencanaan program Dersik pada 2020.

Kopi Luwak Prangat Baru.
Foto: Dok Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT).
Kopi Luwak Prangat Baru.

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), bagian dari Zona 10 Regional  Kalimantan Subholding Upstream Pertamina, dalam menjalankan bisnis selalu mengedepankan aspek 3 (tiga) P, yaitu People, Planet, dan Profit. Salah satu implementasi dari tiga aspek tersebut adalah  pemberdayaan masyarakat melalui dua program unggulan, yaitu Program Desa Wisata Kersik (Dersik) dan Kopi Luwak Prangat Baru (Kapak Prabu) di Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. 

Di Desa Kersik, PHKT menginisiasi dan perencanaan program Dersik pada 2020. Setahun kemudian, pembentukan dan peresmian kelompok.  Menurut Dharma Saputra, Head of Communication Relations & CID Zona 10 Regional 3 Kalimantan Subholding Upstream Pertamina, ada beberapa kelompok binaan PHKT di Desa Kersik, yaitu Pengelolaan Sampah Berbasis  Masyarakat atau Bank Sampah Kersik Berseri, dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Selain itu ada Sahabat Mangrove, Swadaya Masyarakat Tangani Minyak Tumpah (Swastamita), dan Kelompok Informasi Masyarakat. “Fokusnya memang pada ekowisata dan penanganan abrasi melalui penanaman mangrove,” ujar Dharma saat bertemu wartawan di Balikpapan, Rabu (2/11/2022). 

Baca Juga

Pantai Kersik kini menjadi tujuan ekowisata dan edukasi mangrove baru di wilayah Kalimantan Timur. Pengunjung yang datang berasal dari turis lokal dari Samarinda dan Bontang.  Pihak Desa Kersik harus berbenah sebelum menjual wilayah ini menjadi desa wisata. "Kesadaran masyarakat harus kami ubah dulu untuk lebih kreatif sehingga bisa menciptakan daya jual," ujar Jumadi, Kepala Desa Kersik, saat ditemui wartawan di Pantai Kersik, Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara, Rabu (2/11/2022). 

Menurut Jumaidi, tak hanya masalah sosial, permasalahan lingkungan juga jadi penyebab. Namun, masalah lingkungan berangsur mulai diperbaiki oleh masyarakat atas bantuan dari PHKT. Apalagi, Desa Kersik berada di wilayah Ring 1 operasi hulu migas PHKT, khususnya Daerah Operasi Bagian Utara (DOBU).  

“Berkat bantuan PHKT, kami melakukan beberapa pengembangan . Salah satunya dengan menyediakan home stay, tour guide, dan membuat produk UKM yang bisa mendukung pariwisata di Desa Kersik,” katanya.

Syamsul Maarif, Ketua Kelompok Sahabat Mangrove Desa Kersik, menambahkan pihaknya bersama Pemerintah Desa Kersik rutin menanam mangrove dan pembangunan pegar (pemecah gelombang ambang rendah). Hal ini dilakukan demi menghindari abrasi di pinggir pantai. "Tahun ini, kami telah menanam 1.000 mangrove jenis avicenia seluas 0,1 ha jenis," ujar Syamsul.

Pada 2021, lanjut Syamsul, pihaknya menanam 8.000 mangrove jenis Rhizophora sp. di Pantai Biru Kersik dan 10.000 mangrove di Pantai Biru Kersik bagian Utara dan Selatan. Demi  mencegah abrasi di Pantai Biru Kersik, Sahabt Mangrove juga memasang 1.000 geobag pegar. “Untuk menjaga kualitas pantai, wilayah dalam laut juga diperbaiki dengan membuat 40 apartemen ikan di Pantai Biru Kersik,” ujarnya

Jumadi berharap ke depan Kersik menjadi desa wisata segera terwujud. Apalagi Desa Kersik menerima Penghargaan Sertifikat Progam Kampung Iklim (Proklim) Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada  Selasa, 25 Oktober. 

Desa Kersik terpilih jadi penerima Penghargaan Proklim Utama karena mampu melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Salah satunya adalah dengan  pengelolaan sampah, pembinaan bank sampah, dan manajemen bank sampah. 

Kopi Luwak Prangat Baru

Tak hanya pesisir pantai di Desa Krisik yang jadi binaan. PHKT DOBU pun menyasar warga yang berada di hutan untuk diberdayakan. Salah satunya adalah Program Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru (Kapak Prabu) di Kecamatan Marangkayu, Kukar. Pengembangan kopi luwak liberika oleh Kapak Prabu dirintis pada 2020 dan pertama kali  dan satu-satunya di Kalimantan Timur. 

Rindoni, Ketua Kelompok Tani Kopi Prabu, mengatakan saat ini kopi yang diproduksi terbatas karena berasal dari bibit yang ditanam pada lahan seluas 2 hektare pada 2020 sebanyak 1.000 bibit. Padahal seiring dengan publikasi yang masif, permintaan terhadap Kopi Prabu saat ini cukup besar. 

“Kami menargetkan panen bisa dimulai pada 2023. Panen itu biasanya bulan dua dan bulan empat. Tak banyak memang,” kata Rindoni saat ditemui di Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru, Selasa (2/11/2022).

Hingga 2022, Kapak Prabu  telah melakukan penanaman 13.560 bibit kopi liberika pada lahan seluas 27 hektare. Selain milik Rindoni, ada pula lahan 24 anggota kelompok Kopi Prabu lain. Itu belum termasuk puluhan warga dari dua desa tetangga Prangat Baru yang ikut bergabung.  “Nantinya, melalui program Kapak Prabu, tidak hanya menghasilkan nilai tambah ekonomi melalui penjualan kopi, tapi memberikan kontribusi serapan karbon 266,5 ton C02 dan pelepasan 416 ton gas 02,” kata Rindoni.

Menurut dia, PHKT DOBU telah melakukan pendampingan dan bimbingan dalam usaha kopi melalui program Kampung Kopi. Sejumlah pelatihan dilakukan, mulai dari tata cara pembibitan, menjaga agar kopi berbuah dengan baik, cara panen yang benar, tata cara pengolahan dan penyajian kopi, hingga membuat kemasan yang menarik. Kini petani dapat mengelola kebun kopi dengan baik.

“Khusus untuk menjaga kualitas tanah yang baik, kelompok tani belajar bagaimana menjaga dan menambah kesuburan tanah kebun dengan kompos, yang dibantu oleh Santan Terminal PHKT,” katnaya.

Sebelum menjadi petani kopi, kegiatan petani di Desa Prangat Baru adalah berkebun karet. Karena kondisi tanaman karet yang tua, tidak ada peremajaan, dan harga karet yang menurun, akhirnya petani beralih menanam kopi. Namun kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang pertanian kopi di awal penanaman membuat petani tidak langsung dapat menikmati hasilnya, seperti: tata cara penanaman yang benar, kondisi lahan yang kurang subur, dan harga kopi yang anjlok, hingga pada akhirnya mereka bergantung pada tengkulak. Sejak kehadiran PHKT dengan program Kapak Prabu, kondisi berbalik 180 derajat. 

“Kami yakin kampung kopi mampu menjadi produsen kopi yang khas Kalimantan, apabila kopi ini di kelola dengan cara yang baik dan benar akan mendatangkan kesehahteraan bagi para petani,” kata Rindoni.

Fitriati, Kepala Desa Prangat Baru, mengucapkan terima kasih kepada PHKT DOBU yang terus mendukung pengembangan Kelompok Kopi Luwak Kapak Prabu. PHKT mulai memberdauakan petani kopi Desa Prangat Baru pada 20 Juli 2020 dengan rencana pendampingan selama 5 tahun, dimulai dari tata cara pembibitan, bagaimana cara melakukan fermentasi kopi luwak hingga edukasi barista.

“Kopi luwak ini telah disajikan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Sandiaga Uno, sebagai perwakilan dari sekitar 4.600 kepala desa wanita di Indonesia. Kami akan tetap optimistis dalam mengembangkan kopi luwak ini. Terima kasih kepada PHKT atas support-nya yang luar biasa,” ujar Fitriati.

Djudjuwanto, General Manager Zona 10 Regional 3 Kalimantan Subholding Upstream Pertamina,  mengapresiasi respons petani kopi yang bersinergi dengan pemerintahan desa. Djudju menilai mereka tekun meningkatkan produksi, serta mutu dan kualitas biji kopi hingga banyak tamu berkunjung, mulai dari pihak swasta, pelajar, dan stakeholder lain. Karena itu, Pertamina terus mendorong kepada kelompok untuk bisa melakukan replikasi penanaman bibit kopi liberika.

“Kami mendukung upaya  mereka yang  bertujuan mengingkatkan ekonomi dan taraf hidup dengan pengembangan berbagai varian baru melalui sinergi berbagai pemangku kepentingan,” ujarnya.

Dia juga menegaskan, pada 2021 melalui program Kopi Luwak Kapak Prabu, PHKT DObu berhasil meraih PROPER Emas. Hal ini merupakan prestasi luar biasa dan melalui kolaborasi dan dukungan dari Desa Prangat Baru. “Semoga prestasi ini dapat dipertahankan dan dilanjutkan,” katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement