Ahad 30 Oct 2022 10:45 WIB

Serang Erick Thohir, Pengamat: Litbang Partai Demokrat tak Baca Data dan Sejarah

Pernyataan Erick Thohir adalah kalkulasi politik berdasar data dan sejarah.

Sikap Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat Syahrial Nasution yang menyerang pernyataan Erick Thohir disebut pengamat karena Syahrial tak baca data dan sejarah. Foto ilustrasi Erick Thohir.
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Sikap Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat Syahrial Nasution yang menyerang pernyataan Erick Thohir disebut pengamat karena Syahrial tak baca data dan sejarah. Foto ilustrasi Erick Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Institute for Transformation Studies (INTRANS) Andi Saiful, mempertanyakan sikap Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat Syahrial Nasution, yang dinilianya memelintir penyataan Erick Thohir terlalu ke arah sikap primordial. Seharusnya sebagai Litbang, Syahrial membaca data.

"Sebagai litbang Partai Demokrat, harusnya Syahrial baca data dan sejarah," kata Andi Saiful.

Sebelumnya Syahrial menyebut Erick Thohir tendensius dan primordialis. Hal ini karena Erick memprediksi presiden Indonesia selanjutnya akan berasal dari etnis Jawa.

Andi menjelaskan, pernyataan Erick didasarkan atas data bahwa pada Pemilu 2019 jumlah pemilih tetap (DPT) di Pulau Jawa mencapai 110.686.810 orang dari total 192.866.254 orang pemilih nasional. Sehingga 57,29 persen pemilih ada di Pulau Jawa.

"Riset menunjukkan siapa yang mampu meraih suara di Jawa akan memenangkan Pemilu,” ungkap Andi Saiful.

Lebih lanjut, Andi mengatakan, Syahrial sebagai litbang juga tidak cermat membaca sejarah. Dia mengingatkan bahwa menurut Setara Institute kasus intoleran dan kelompoknya justru subur di masa pemerintahan presiden SBY.

Andi mempertanyakan apakah Partai Demokrat yang akan mengusung Agus Yudhoyon (AHY) cukup percaya diri untuk maju sebagai Wapres dengan menggandeng calon Presiden yang non-Jawa?.  “Ini kan soal kalukasi statistik dan fakta demografis,” ungkap Saiful.

Penyataan Erick Thohir, menurut Andi, adalah hal valid sebagai data statistik dan fakta politik. Tidak seharunya, Syahrial menyeret masalah itu  ke soal primordial dan rasial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement