Jumat 28 Oct 2022 05:28 WIB

Wiku: Puncak Kasus Sub Varian XBB Diprediksi Januari 2023

sub varian XBB ini bisa memicu lonjakan kasus di akhir tahun.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Muhammad Akbar
Juru Bicara Pemerintah untuk  Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, sub varian XBB yang menjadi pemicu kenaikan kasus di sejumlah negara diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Januari 2023 mendatang.

Berbagai ahli di Amerika Serikat dan WHO menyebutkan bahwa sub varian XBB ini bisa memicu lonjakan kasus di akhir tahun.

“Berbagai ahli di AS maupun WHO menyebutkan bahwa sub varian XBB bisa memicu lonjakan kasus di akhir tahun dan puncaknya di bulan Januari,” kata Wiku saat konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, dikutip pada Jumat (28/10/2022).

Namun, lanjutnya, belum ada bukti bahwa sub varian ini lebih berbahaya secara klinis dari varian atau sub varian sebelumnya.

Sub varian XBB ini telah meningkat jumlahnya secara signifikan di Kanada, Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan Denmark, juga di beberapa negara Asia yaitu Singapura, Bangladesh, India, dan Jepang.

Per 23 Oktober, jumlah penambahan kasus positif dalam satu minggu di tingkat dunia tercatat mencapai 2,98 juta.

“Per tanggal 23 Oktober kemarin, jumlah penambahan kasus positif dalam satu minggu di tingkat dunia mencapai 2,98 juta,” kata Wiku.

Di Eropa yaitu di Jerman dan Prancis, menjadi negara dengan jumlah kasus mingguan tertinggi yaitu lebih dari 500 ribu dan 300 ribu kasus baru dalam satu minggu.

Sedangkan di wilayah Asia, yaitu Jepang, Korea Selatan, dan Singapura menjadi negara dengan jumlah kasus mingguan tertinggi dan sekaligus menjadi negara yang kasusnya tengah mengalami kenaikan.

Ia menjelaskan, dalam dua minggu terakhir, Jepang mengalami kenaikan kasus sebesar 12 persen. Sedangkan Korea Selatan naik 21 persen dan Singapura naik 34 persen.

Wiku menyebut, kenaikan kasus tersebut berkaitan dengan munculnya sub varian XBB di beberapa negara di dunia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement