Kamis 27 Oct 2022 18:05 WIB

Perbedaan Latar Pendidikan Pemilih Anies, Ganjar, dan Prabowo Berdasarkan Survei

Pemilih Anies cenderung berasal dari kalangan menengah ke atas berpendidikan tinggi.

Sejumlah relawan menghadiri acara Rakernas dan Ikrar Kebulatan Tekad Relawan Go-Anies di Jakarta, Ahad (23/10/2022). Anies bersama Ganjar Pranowo memiliki pemilih dengan latar pendidikan tinggi dibandingkan dengan pemilih Prabowo Subianto, demikian berdasarkan hasil survei SMRC.
Foto: Prayogi/Republika.
Sejumlah relawan menghadiri acara Rakernas dan Ikrar Kebulatan Tekad Relawan Go-Anies di Jakarta, Ahad (23/10/2022). Anies bersama Ganjar Pranowo memiliki pemilih dengan latar pendidikan tinggi dibandingkan dengan pemilih Prabowo Subianto, demikian berdasarkan hasil survei SMRC.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Amri Amrullah, Fauziah Mursid

Perbedaan pendidikan pemilih berpengaruh signifikan dalam pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg). Hal itu diketahui dari hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang memaparkan pemilih Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo yang cenderung berlatar pendidikan tinggi, sedangkan pemilih Prabowo Subianto sebaliknya.

Baca Juga

Pendiri SMRC, Saiful Mujani menjelaskan pengaruh tingkat pendidikan terhadap perilaku pemilih biasanya dibingkai dalam konteks kelas sosial. Kelas sosial dipercaya berpengaruh terhadap pilihan politik. Ketika membahas kelas sosial dan perilaku memilih, indikator yang dipakai antara lain adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan.

Saiful menerangkan, dalam survei SMRC dua tahun terakhir (2021-2022), dengan total sampel 8.319 responden, secara umum perbedaan pendidikan berpengaruh signifikan dalam perilaku memilih. Tingkat pendidikan dibagi antara SLTP, SD, dan tidak bersekolah dengan SLTA ke atas, proporsinya hampir seimbang. Yang berpendidikan SLTP ke bawah sekitar 53,2 persen, sementara yang SLTA ke atas sekitar 46,8 persen.

"Studi ini menunjukkan, yang memilih Anies Baswedan cenderung berasal dari kalangan menengah ke atas berpendidikan tinggi. Sama dengan Anies, proporsi pemilih Ganjar lebih besar pada yang berpendidikan tinggi dibanding yang rendah," kata Saiful Mujani, dalam program Bedah Politik yang bertajuk ”Kelas Sosial, Pilpers, dan Pileg 2024," Kamis (27/10/2022).

Ia mengatakan, ada 20 persen dari yang berpendidikan SLTP ke bawah yang memilih Anies, sementara yang SLTA ke atas 27 persen. Hal yang sama dengan Ganjar, dari yang berpendidikan SLTA ke atas, Ganjar dipilih sekitar 31 persen, sementara yang berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 26 persen.

Saiful menjelaskan, Anies dan Ganjar sejatinya relatif baru muncul dalam perpolitikan Indonesia. Keduanya, adalah gubernur, karena itu, menurut Saiful, pada dasarnya meraka adalah tokoh lokal. Tetapi menjelang pemilihan umum, mereka masuk menjadi tokoh nasional, setidaknya dalam pemberitaan.

"Hal ini berkebalikan dengan profil pendukung Prabowo Subianto. Ada 36 persen yang berpendidikan SLTP ke bawah yang memilih Prabowo, sementara yang berpendidikan SLTA ke atas sebesar 28 persen," jelasnya.

Sehingga, menurut Saiful Mujani, dari hasil survei tersebut, proporsi pemilih Prabowo yang berpendidikan lebih rendah, lebih besar dari yang berpendidikan lebih tinggi. Menurut Saiful, hasil survei ini bisa dipahami mengapa proporsi pemilih yang berpendidikan menengah ke bawah lebih tinggi yang memilih Prabowo.

"Hal itu karena Prabowo sudah sangat lama dikenal dalam kontestasi pemilihan presiden, sudah dua kali menjadi calon presiden," katanya.

Karena itu, menurut dia, wajar banyak kalangan masyarakat di bawah sudah mengenal Prabowo. "Sementara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo belum cukup dikenal pada masyarakat bawah,” jelas Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta tersebut.

Saiful melanjutkan, bahwa data ini memiliki implikasi pada sosialisasi. Biasanya orang yang berpendidikan lebih sulit diyakinkan.

Orang dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih kritis, bisa berdebat, dan tidak mudah dimobilisasi untuk memilih seorang calon. Sebaliknya, orang yang kurang berpendidikan biasanya menjadi target mobilisasi.

Dalam konteks ini, menurut Saiful, secara praktis, Prabowo lebih rentan karena pemilih cenderung lebih mudah dimobilisasi. Karena faktanya, orang yang kurang berpendidikan lebih mudah dipengaruhi oleh yang berpendidikan lebih baik.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement