Rabu 26 Oct 2022 19:31 WIB

Pemkab Garut Minta Masyarakat Siap Siaga Hadapi Bencana

Paradigma penanggulangan bencana saat ini harus mulai diubah.

Rep: bayu adji p/ Red: Hiru Muhammad
Bupati Garut, Rudy Gunawan, meninjau secara langsung kondisi terkini lokasi bencana yang ada di Desa Sukanagara, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Senin (26/9/2022).
Foto: Dok. Diskominfo Kabupaten Garut
Bupati Garut, Rudy Gunawan, meninjau secara langsung kondisi terkini lokasi bencana yang ada di Desa Sukanagara, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Senin (26/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID,GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut menggelar apel gelar pasukan dalam rangka peringatan Bulan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) dan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi, di Lapangan Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Garut, Rabu (26/10/2022). Dalam apel tersebut, masyarakat diminta meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana, mengatakan, daerahnya memiliki risiko bencana alam maupun nonalam yang sangat tinggi. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Tahun 2021, Kabupaten Garut menduduki peringkat resiko bencana ke-36 dari 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan posisi ke-4 di Provinsi Jawa Barat (Jabar).

Baca Juga

“Karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya penyelenggaraan penanggulangan bencana yang baik, terencana, terarah, dan efektif yang dimulai dari tahap prabencana, tanggap darurat, sampai pascabencana,” kata dia melalui siaran pers, Rabu.

Nurdin menjelaskan, paradigma penanggulangan bencana saat ini harus mulai diubah. Penanggulangan yang identik dengan upaya kedaruratan telah bergeser kepada upaya pencegahan, mitigasi, dan pengurangan risiko bencana.

Menurut dia, upaya mitigasi itu harus melibatkan peran dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat. Upaya pencegahan dan kesiapsiagaan itu dapat dilakukan dengan hal kecil di lingkungan masing-masing, seperti membuang sampah di tempatnya, melakukan pembersihan saluran drainase secara berkala, tidak mendirikan bangunan di daerah rawan bencana, dan senantiasa menjaga alam dan lingkungan.

“Kami juga mengimbau agar masyarakat dapat kembali mengaktifkan siskamling, untuk melakukan pemantauan situasi di lingkungan, serta agar dapat senantiasa menjaga dan meningkatkan budaya gotong-royong,” katanya.

Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim hujan tahun ini akan memasuki periode puncak pada penghujung 2022 hingga awal 2023. Karena itu, ia meminta seluruh pihak dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan tadi, dalam rangka menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi.

“Kami mengimbau dan mengingatkan kepada seluruh pihak dan seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, khususnya terhadap bencana hidrometeorologi yang umumnya mendominasi di musim hujan saat ini,” ujar Nurdin, yang juga menjabat sebagai Kepala BPBD Kabupaten Garut.

Sehari sebelum apel kesiapsiagaan itu digelar, sebanyak 31 rumah dilaporkan terdampak bencana tanah longsor di Kampung Ciseupan, Desa Gunamekar, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut, pada Selasa (25/10/2022). Tak ada korban jiwa dalam kejadian itu, tapi sejumlah rumah warga mengalami kerusakan.

Camat Bungbulang, Budi Sihabudin, mengatakan, bencana tanah longsor itu terjadi pada Selasa sekitar pukul 20.30 WIB, setelah wilayah itu diguyur hujan dengan intensitas tinggi sejak Selasa siang. Longsoran berupa material tanah dan beberapa pohon besar dari tebing setinggi 80 meter mengakibatkan tanah Longsor mengakibatkas dua unit rumah tertimbun, empat rumah rusak ringan, dan 25 rumah lainnya terdampak. "Kami telah mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan penanganan dan berkordinasi dengan pihak terkait," katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement