REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Potensi wisata selam Indonesia cukup besar, tetapi terhalang oleh kerusakan ekosistem. Meski lebih dari 70 persen jenis terumbu karang dunia berada di Indonesia, hanya 28,6 persen yang dapat dipakai sebagai wisata selam sebagai dampak dari kerusakanekosistem.
"Cara yang tepat untuk pemulihan adalah konservasi ekosistem laut yang mendukung wisata bahari, salah satunya wisata selam untuk melihat karang-karang yang beragam dan indah," kata Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB)Prof Fredinan Yulianda dalam paparannya secara daring di Bogor, Jawa Barat, Kamis (20/10/2022).
Dia mengatakan perilaku masyarakat selama ini yang masih sering mencemari perairan sampai ke laut cukup besar merusak ekosistem laut, sehingga daya dukung ekonomi laut menjadi kurang optimal. Selain itu, kata dia, pembangunan di daratan dengan pengurukan atau reklamasi juga turut berdampak karena dapat mempersempit luasan laut dangkal tempat terumbu karang tumbuh.
"Aktivitas ekonomi lain, seperti pengeboman laut untuk menangkap ikan juga merusak ekosistem laut," katanya.
Menurut Fredinan, konservasi yang dilakukan dengan baik akan dapat memberikan keseimbangan lingkungan laut dan aktivitas ekonomi masyarakat. Edukasi konservasi kepada masyarakat, instansi dan pengusaha wisata perlu ditingkatkan karena pertumbuhan karang membutuhkan ratusan tahun.
Dia mengatakan dari 17.000 pulau kecil, Indonesia memiliki garis pantai paling panjang nomor dua di dunia dan jumlah garis pantai dengan tipe perairan dangkal yang menopang keberadaan terumbu karang mencapai 99.000. Indonesia juga memiliki 16.671 pulau yang dipenuhi banyak terumbu karang di sekitarnya.
"Keanekaragaman sekarang ini menjadi salah satu modal yang kuat untuk ekowisata dengan mengedepankan sumber daya alami dari ekosistem terumbu karang," katanya.