Kamis 20 Oct 2022 17:02 WIB

Dakwah Muhammadiyah untuk Indonesia Maju

Ada dua aspek perkembangan dakwah Muhammadiyah yang paling menonjol.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Foto: Dokumen
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menjelang pelaksanaan Muktamar ke 48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah pada November mendatang, sejumlah pencapaian telah berhasil diwujudkan, tidak hanya bagi kemajuan persyarikan tetapi juga memberi kontribusi bagi bangsa. Hal ini membuktikan bahwa Muhammadiyah tidak pernah berhenti mengembangkan diri dan terus mewariskan persyarikatan sebagai organisasi berkemajuan.

Segala kemajuan yang diraih Muhammadiyah sekaligus menjadi pemicu penting bagi bangsa Indonesia untuk terus mencapai kemajuan sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, menyebut ada dua aspek perkembangan dakwah Muhammadiyah yang paling menonjol beberapa tahun terakhir.

‘’Yang pertama dari sisi Amal Usaha Mu­hammadiyah (AUM) yang bertumbuh sangat pesat. Kemudian yang kedua pada level membangun kesadaran masyarakat melalui dakwah-dakwah pemberdayaan,’’ kata Haedar di kantornya, Selasa (11/10/2022).

Haedar kemudian merinci, untuk AUM di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, baik secara fisik maupun pranata mengalami kemajuan yang sangat luar biasa. Bahkan kemajuan yang dibawa Muhammadiyah ini signifikan berkontribusi membangun bangsa. Hal ini secara tegas diakui mulai dari Presiden Joko Widodo hingga masyarakat daerah terpencil.

Meski demikian, Muhammadiyah tidak lantas membusungkan dada karena sejatinya poin pentingnya bukan dilihat dari sisi verbalnya. Tapi harus dimaknai bahwa pencapaian tersebut telah mengusung Indonesia dapat maju dan setara dengan bangsa-bangsa lain ketika bisa membangun dirinya.

‘’Oleh sebab itu kemandirian dalam pembangunan AUM merupakan manifestasi dalam wujud membangun bangsa,’’ terang Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.

Kemudian untuk sisi kedua yakni pada level membangun kesadaran masyarakat lewat dakwah-dakwah pemberdayaan menurut Haedar antara lain dilakukan melalui pembinaan di masjid/mushala maupun komunitas yang ada. Gerakan dakwah tersebut dilakukan guna mengajak sekaligus membawa kesadaran untuk maju dan menjadi umat serta bangsa yang khaira ummah atau menjadi umat terbaik.

Pelaku perubahan

Intinya adalah dengan kesadaran yang dibawa tadi, masyarakat dibangkitkan akal budi, jiwa, alam pikir, sehingga kemudian dalam dirinya muncul kesadaran untuk menjadi pelaku perubahan. Sehingga nantinya,  ia akan merasa, bahwa Indonesia memerlukannya, warga bangsa yang mempunyai N Ach atau Need for Achievement sehingga terdorong untuk menjadi pelaku perubahan.

“Di dua sisi ini Muhammadiyah tampil sangat kuat memberi kontribusi untuk bangsa dan menjadi cermin dari Islam berkemajuan. Oleh karenanya Muhammadiyah berkemajuan untuk bangsa telah memberi cover bagi Islam berkemajuan,” tambah Haedar.

Suami dari Siti Noordjannah Djohantini mengakui bahwa Muhammadiyah banyak wujudkan infrastruktur di sejumlah amal usaha. Karena begitu tingginya dan luar biasanya pem­bangunan infrastruktur AUM maka mun­cul pendapat  yang menyebut tiada hari tanpa peresmian, juga tiada hari tanpa peletakan batu pertama.

Pada dimensi ini lanjut Haedar secara kuantitas dan kualitas berkembang. Dalam kurun waktu 2022 ini sejumlah rangkaian peristiwa berupa peresmian dan peletakan batu pertama mewarnai agenda kegiatan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

Antara lain peresmian Kampus 2 Universitas Cirebon, kemudian menandatangani peresmian enam prasasti gedung yang ada di Banjarmasin mulai dari madrasah sampai masjid. Kemudian di Kudus meresmikan RS PKU Muhammadiyah dan Grha Pemuda Muhammadiyah, sedang di Pringsewu meresmikan gedung rektorat Universitas Muhammadiyah, dan lain-lain.

Sedang untuk peletakan batu pertama antara lain di RSI Aminah Blitar, kemudian peletakan batu pertama Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Metro, pembangunan kampus B Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang, serta pembangunan masjid KH Ahmad Dahlan di kompleks Pondok Pesantren Modern Zam-Zam Muhammadiyah di Cilongok Banyumas.

Dengan sejumlah aktivitas pembangunan infrastuktur AUM, Haedar berharap Muhammadiyah dapat berperan dalam memperkuat institusi pendidikan, kesehatan, sosial, bahkan ekonomi. Apalagi mengutip data dari Human Development Index terungkap bahwa tingkat daya saing Indonesia masih kalah dari negara-negara Asia.

Menurutnya, infrastruktur tidak cuma sekadar untuk infrastruktur saja, tapi lebih dari dapat memperkuat basis institusi kebangsaan. Ke depan, Muhammadiyah memiliki target untuk membangun kekuatan ekonomi yang ma­kin mandiri karena bangsa yang maju selain mampu merebut ilmu pengetahuan dan teknologi juga harus kuat secara ekonomi.

Ekonomi lanjut dia harus menjadi kekuatan yang kokoh.  Namun, dalam konteks bangsa diakui ada pekerjaan rumah bahwa membuat pertumbuhan ekonomi itu bukan dengan konglomerasi semata yang berkembang, namun ekonomi kerakyatan yang membawa hajat hidup rakyat kecil naik kelas.

“Perlu kebijakan-kebijakan yang progresif dan Muhammadiyah memperkuat basis itu. Sebagai kekuatan umat, akidah dan akhlak harus kuat, tapi saat yang sama khaira ummah cuma bisa diwujudkan saat tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah,” ujar Haedar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement