Selasa 18 Oct 2022 05:25 WIB

Korban Jiwa Akibat Bencana Melonjak, Ini Penjelasan BNPB

Intensitas curah hujan diprediksi masih cukup tinggi dan merata di berbagai wilayah.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus Yulianto
Petugas gabungan melakukan pencarian korban tanah longsor di Kampung Kebon Jahe, Kebon Kelapa, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022). Bencana tanah longsor yang diakibatkan hujan deras pada Rabu (12/10/2022) sore tersebut mengakibatkan satu orang meninggal dunia dan tiga warga lainnya masih dalam proses pencarian. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas gabungan melakukan pencarian korban tanah longsor di Kampung Kebon Jahe, Kebon Kelapa, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022). Bencana tanah longsor yang diakibatkan hujan deras pada Rabu (12/10/2022) sore tersebut mengakibatkan satu orang meninggal dunia dan tiga warga lainnya masih dalam proses pencarian. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 76 kejadian bencana dan mengakibatkan 13 orang meninggal dunia selama sepekan dari 10-16 Oktober 2022. Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan, 13 orang itu yakni delapan korban meninggal akibat banjir dan lima karena tanah longsor.

"Rata-rata kejadian itu, kalau kita lihat tadi akibat banjir delapan korban meninggal dunia, tanah longsor lima korban meninggal dunia, pada umumnya di kota Bogor. Nanti kita bisa liat ada lokasi-lokasi yang sebelumnya mungkin bukan daerah yang biasa terkena bencana itu," ujar Muhari dalam keterangan persnya secara daring, Senin (17/10).

Muhari mengatakan, adanya lokasi bencana baru ini yang membuat belum ada kesiapsiagaan masyarakat. Karena itu, Muhari mengingatkan masih tingginya intensitas hujan di seluruh daerah, membuat daerah yang sebelumnya tidak rawan bencana, juga perlu diantisipasi seluruh masyarakat.

"Mngkin bukan daerah rawan banjir atau rawan longsor tapi karena saking tingginya intensitas hujan, tanah yang kita anggap cukup kuat ternyata tidak terlalu kuat untuk menampung debit air yang ada, ini rata-rata penyebabnya," ujarnya.

Untuk itu, dia mengingatkan, pentingnya kesiapsiagaan Pemerintah daerah, BPBD hingga masyarakat terhadap potensi terjadinya bencana di setiap daerah. Ini mengingat intensitas curah hujan diprediksi masih cukup tinggi dan merata di berbagai wilayah.

Muhari menggambarkan, terjadinya bencana di berbagai wilayah melalui peta ditandai dengan warna merah yang menunjukkan intensitas hujan makin tinggi. Menurutnya, ketika curah huhan tinggi, potensi bencana mulai banjir, tanah longsor hingga cuaca ekstrem juga semakin banyak.

Dia mencontohkan, di Kalimantan Barat ketika intensitas hujannya lebih dari 100 mm kemudian menyebabkan bencana banjir di wilayah tersebut. Dia mengatakan, intensitas hujan di wilayah Sumatera bagian tengah, Kalimantan, dan umumnya daerah di Pulau Jawa itu selalu di atas 50 atau bahkan di atas 100 mm per hari.

"Ini adalah akumulasi curah hujan yang pada normalnya kalau misalkan kondisi normal tidak ada faktor-faktor regional faktor-faktor Global 100 mm, itu bisa mungkin dicapainya selama ya kalau tidak tiga minggu paling 1 bulan tapi ini bisa dalam satu hari," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement