Ahad 16 Oct 2022 11:52 WIB

Masyarakat Diminta tak Panik Terkait Gangguan Ginjal Akut Misterius Anak

Waspada jika anak menunjukkan gejala awal gangguan ginjal akut misterius.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Indira Rezkisari
Penyakit gangguan ginjal akut misterius ditemukan di sejumlah anak di Indonesia. Penyebabnya, belum diketahui.
Foto: Foto : Mardiah
Penyakit gangguan ginjal akut misterius ditemukan di sejumlah anak di Indonesia. Penyebabnya, belum diketahui.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Brian Sri Prahastuti, meminta masyarakat agar tetap tenang dan tak panik terkait temuan kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak yang semakin banyak. Ia mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan tim dokter RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah membentuk tim untuk menyelidiki kasus gangguan ginjal akut pada anak.

Kemenkes juga sudah menerbitkan tata laksana dan manajemen klinis gangguan ginjal akut progresif Atipikal sebagai kerangka acuan bagi fasilitas kesehatan jika menemukan anak dengan kasus tersebut di wilayahnya. "Kami minta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik. Karena pemerintah sudah bekerja untuk menyelidiki kasus ini (gangguan ginjal akut pada anak)," kata Brian, dikutip dari siaran pers KSP, Ahad (16/10/2022).

Baca Juga

IDAI melaporkan kasus gangguan ginjal akut atipikal atau gangguan ginjal akut misterius pada anak bertambah menjadi 152 kasus. Angka ini meningkat dari sebelumnya, yakni 146 kasus. Jumlah tersebut didapat dari laporan 16 cabang IDAI di seluruh Indonesia.

Hingga saat ini, tercatat sudah 14 provinsi yang melaporkan adanya kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak. DKI Jakarta menjadi yang terbanyak, diikuti Jawa Barat, Sumatra Barat, Aceh, Bali, dan Yogyakarta.

Brian menilai, peningkatan jumlah kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak tidak boleh disepelekan. Ia pun mengingatkan para orang tua untuk waspada jika anak-anaknya menunjukkan beberapa gejala awal dari kasus tersebut. Yakni, batuk, pilek, diare, muntah, dan jumlah urine sedikit, atau tidak ada produksi urine sama sekali.

Selain itu, Brian juga menekankan pentingnya langkah preventif untuk memberikan jumlah cairan yang cukup untuk anak-anak. "Jika anak-anak mengalami keluhan di atas, kami mengimbau para orang tua untuk tidak melakukan self-diagnose. Sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter di fasilitas kesehatan terdekat," ujar Brian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement