REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengajak negara-negara G20 membangun kolaborasi aktif dalam mengantisipasi krisis pangan global.
"Ada tiga isu yang saya sampaikan, tetapi intinya adalah krisis pangan 2023 harus diantisipasi dengan baik dan kita harus membuka kerja sama yang kuat antarnegara agar bisa keluar dari tekanan krisis," kata Mentan Syahrul pada Joint Finance Agricultural Minister Metting (JFAMM) di Washington D.C, Amerika Serikat, yang dikutip dari siaran pers di Jakarta, Kamis (13/10/2022).
Menurut Syahrul, pertemuan menteri pertanian dan menteri keuangan seluruh dunia pada JFAMM ini penting dalam menentukan langkah bersama ke depan. Syahrul menekankan bahwa isu pangan juga berbicara tentang kemanusiaan yang tidak boleh dibatasi oleh kepentingan apapun.
"Pertemuan (JFAMM) ini sangat penting karena kita bicara terhadap bagaimana keterkaitan antara kesiapan menghadapi krisis pangan dunia atau apa yang harus kita persiapkan untuk antisipasi agar pertanian di semua negara mampu mengadaptasi dengan baik," ujarnya.
Mentan Syahrul mendorong semua negara membuka jalur distribusi pangan terbuka. Bagaimanapun juga, lanjut dia, pangan adalah kebutuhan bersama dan bisa menjadi solusi dalam meregangkan ketegangan geopolitik dunia.
"G20 berkomitmen untuk menyediakan pangan dan gizi bagi semua orang. Juga dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi akibat pandemi. Dan yang penting memastikan ketahanan pangan secara berkeadilan," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mendukung upaya Kementan dalam memperkuat keamanan pangan dan meningkatkan skala produksi nasional. Menurut dia, pangan adalah sektor penting yang tidak boleh dipisahkan karena berbagai ancaman krisis dunia.
"Saya mendukung dan berkomitmen mendukung sistem ketahanan dan keamanan pangan nasional. Saya juga mendukung peningkatan produksi yang kini tengah dilakukan," kata Sri.