Rabu 12 Oct 2022 02:07 WIB

Ruang Kelas Rusak, Siswa di Tasikmalaya Belajar di Gubuk Buatan Guru dan Warga

Kerusakan ruang kelas di SD Sinagar sudah terjadi sejak 2019.

Rep: Bayu Adji / Red: Agus raharjo
Puluhan siswa di SDN Sinagar, Kampung Bungursari, Desa Sindangasih, Kecamatan Cikatomas, melakukan KBM di ruang kelas darurat menyerupai gubuk, Selasa (11/10/2022). Ruang kelas darurat yang terbuat dari bambu dengan dilapisi terpal dan beratapkan genting, itu dibangun secara swadaya oleh guru dan warga sekitar, lantaran kondisi ruang kelas di sekolah sudah tak layak digunakan.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Puluhan siswa di SDN Sinagar, Kampung Bungursari, Desa Sindangasih, Kecamatan Cikatomas, melakukan KBM di ruang kelas darurat menyerupai gubuk, Selasa (11/10/2022). Ruang kelas darurat yang terbuat dari bambu dengan dilapisi terpal dan beratapkan genting, itu dibangun secara swadaya oleh guru dan warga sekitar, lantaran kondisi ruang kelas di sekolah sudah tak layak digunakan.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Puluhan siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sinagar, Kampung Bungursari, Desa Sindangasih, Kecamatan Cikatomas, harus rela belajar di dalam gubuk sejak Senin (10/10/2022). Kondisi ruang kelas yang biasa mereka gunakan di SDN Sinagar untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) tak lagi layak digunakan.

Gubuk yang terbuat dari bambu dengan dilapisi terpal dan beratapkan genting itu merupakan ruang kelas darurat yang dibangun oleh guru dan warga sekitar. Terdapat dua unit gubuk yang dibangun di lingkungan sekolah itu.

Baca Juga

Satu gubuk berukuran sekitar 4x6 meter dan satunya berukuran 5x12 meter. Di ruangan darurat itu, terdapat puluhan siswa kelas 1, kelas 2, dan kelas 5, yang melakukan KBM.

"Sudah dari kemarin belajar di sini," kata salah seorang siswa SDN Sinagar, Intan (7 tahun), kepada Republika.co.id, Selasa (11/10/2022).

Intan mengaku lebih nyaman untuk belajar di ruang kelas darurat itu. Pasalnya, selama ini perempuan yang masih duduk di kelas 2 itu harus belajar di ruang kelas rusak tak beratap. Ketika turun hujan, kelas mereka akan dibubarkan. Kalau mendapat kelas beratap, mereka harus bergantian menggunakan dengan siswa kelas lainnya.

"Enakan di sini, adem," kata dia.

Berbeda dengan Intan, salah seorang siswa lainnya, Muhammad Iqbal Akbar (12), mengaku tidak nyaman belajar di ruang kelas darurat itu. Menurut dia, tempat belajar yang paling nyaman adalah ruang kelas sekolah. "Di sini tidak nyaman, banyak gangguan. Enakan di kelas. Maunya kelas bisa diperbaiki," kata siswa kelas 5 itu.

Kendati harus belajar di ruang kelas menyerupai gubuk, Intan, Iqbal, dan puluhan siswa lainnya, tetap terlihat antusias. Mereka tetap belajar dengan semangat di tengah kondisi kelas yang tak layak.

Salah seorang guru SDN Sinagar, Asep Helmi, mengatakan, kerusakan ruang kelas di sekolahnya itu terjadi sejak 2019. Mulanya, atap sejumlah ruang kelas di SDN Sinagar mengalami bocor. "Ketika tengah malam, atap dua ruang kelas itu ambruk. Itu ketika 2019. Karena setelah itu pandemi, tidak terurus jadi merembet," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement