Ahad 02 Oct 2022 08:11 WIB

Kronologi Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang Versi Saksi Mata dan Polisi 

Tragedi Kanjuruhan Malang menelan korban jiwa.

Rep: Afrizal Rozhikul Ilmi / Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Hafil
Kronologi Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang Versi Saksi Mata dan Polisi. Foto:   Sisa-sisa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Ahad (2/10/2022).
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Turut berduka cita sedalam-dalamnya disampaikan oleh sejumlah pihak atas tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang yang menewaskan setidaknya 127 orang. Peristiwa kerusuhan terjadi usai kekalahan Arema FC dari Persebaya Surabaya pada pekan ke-11 BRI Liga 1 2022/2023.

Ini tentu menjadi sejarah kelam sepak bola Indonesia. Seorang saksi mata, yang juga suporter Arema FC, Rezqi Wahyu melalui akun Twitternya @RezqiWahyu_05 mencertikan kronologis yang terjadi di lapangan sejak sebelum pertandingan dimulai. 

Baca Juga

Dia menuturkan semua berjalan aman dan tertib ketika pertandingan dimulai. Hanya terdengar psywar dari suporter Arema kepada para pemain Persebaya. Terlebih, tim tamu memimpin dua angka lebih dulu dalam pertandingan tersebut. Tapi Arema menyamakan kedudukan melalui dua penalti sebelum turun minum.

"Babak pertama selesai, dan saat jeda istirahat, ada sekitar 2-3 kali kericuhan sedikit di tribun 12-13, yang bisa segera diamankan oleh pihak berwenang," kata Rezqi dalam cuitannya, Ahad (2/9/2022).

Di babak kedua, Persebaya kembali memimpin setelah Sho Yamamoto mencetak gol di menit ke-51. Arema berusaha mengejar ketertinggalan tetapi tidak ada gol yanh tercipta. Hingga peluit akhir dibunyikan Arema tidak bisa menambah golnya, dan harus menerima kekalahan.

"Di sinilah awal mula tragedi dimulai.

Setelah peluit dibunyikan, para pemain Arema tertunduk lesu dan kecewa. Pelatih Arema dan Manager tim mendekati tribun timur dan menunjukkan gestur minta maaf ke supporter," katanya.

Saat itu, kata dia, ada satu orang suporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan Adilson Maringa. Menurut penglihatannya satu orang suporter itu seperti memberikan motivasi dan kritik kepada mereka. Kemudian ada lagi beberapa oknum yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema.

"Terlihat John Alfarizie mencoba memberi pengertian kepadan oknum-oknum tersebut. Namun, semakin banyak mereka berdatangan, semakin ricuh kondisi stadion karena dari berbagai sisi stadion juga ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya ke pemain," katanya.

Kemudian, kata dia, disusul dengan lemparan berbagai macam benda ke arah lapangan, dan para supoter yang semakin tidak terkendali ikut masuk ke lapangan. Akhirnya pemain digiring masuk kedalam ruang ganti dengan kawalan pihak keamanan. Setelah pemain masuk, supporter makin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan.

"Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para supporter," jelasnya.

"Tapi saat aparat memukul mundur supporter di sisi selatan, suporter dari sisi utara yang menyerang ke arah aparat.

Karena semakin banyaknya supporter yang masuk ke lapangan dan kondisi sudah tidak kondusif," katanya. 

Menurutnya, aparat menembakkan beberapa kali gas air mata ke arah suppoter yang ada di lapangan. Silih berganti suporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara. Kemudian, lanjutnya, selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembak-tembakanan gas air mata ke arah suporter.

"Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah supporter, disetiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata. Ada juga yang langsung ditembakkan ke arah tribun penonton, yaitu di tribun 10," kata dia.

Dia melanjutkan, para suporter yang panik karena gas air mata berlarian dan membuat situasi semakin ricuh. Mereka berlarian mencari pintu keluar, tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak karena para suporter panik terkena gas air mata. 

"Banyak ibu-ibu, wanita, orang tua dan anak anak kecil yang terlihat sesak gak berdaya, gak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion. Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata. Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet," ujarnya.

Dia mengatakan situasi semakin memburuk karena penonton di dalam stadion sesak terkena gas air mata yang sudah ditembakkan ke berbagai arah. Sementara untuk keluar stadion tidak ada jalan, karena macet dan penuh sesak di pintu keluar. Di luar stadion juga banyak yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata.

"Sekitar pukul 22.30 juga masih banyak insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat, dan pengeroyokan suporter terhadap aparat yang dianggap mengurung kita didalam Stadion dengan puluhan gas air mata," katanya.

"Kondisi luar stadion kanjuruhan sudah sangat mencekam. Banyak supporter yang lemas bergelimpangan, teriakan dan tangisan wanita, suporter yang berlumuran darah, mobil hancur, kata-kata makian dan amarah. Batu batako, besi dan bambu berterbangan," kata Rezqi.

"Dan selama saya jadi supporter Arema, Saya dikenalkan arema oleh orang tua saya saat tahun 2007 hingga saat ini. Hari ini, 1 Oktober 2022 adalah titik terendah saya menjadi seorang supporter. Saya masih belum percaya menyaksikan saudara-saudara saya dengan kondisi seperti ini," ujarnya.

Penjelasan kronologi versi polisi di halaman selanjutnya

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement