REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Puluhan rumah di Desa Parakanhonje, Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, dilaporkan terdampak pergerakan tanah yang terjadi pada Ahad (25/9/2022) dan Senin (26/9/2022). Sebanyak dua unit rumah dilaporkan rusak berat dan 32 unit rumah lainnya rusak ringan.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya masih belum bisa menentukan penanganan yang harus dilakukan pascabencana tersebut. Penanganan akan dilakukan setelah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, melakukan kajian di lokasi tersebut.
"Saya sudah menijau ke sana dan saya sudah minta BPBD untuk segera bersurat ke Badan Geologi untuk mengecek pegerakan tanah itu," kata Wakil Bupati Tasikmalaya, Cecep Nurul Yakin, Jumat (30/9/2022).
Hasil kajian dari PVMBG disebut akan menentukan penanganan yang akan dilakukan selanjutnya. Apabila lokasi tersebut dinyatakan sudah tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal, Pemkab Tasikmalaya mengaku siap untuk melakukan relokasi terhadap warga terdampak bencana pergerakan tanah.
Cecep menambahkan, lokasi untuk relokasi warga juga harus dipastikan dulu kondisi geologinya. Dengan begitu, warga yang nantinya direlokasi tak lagi akan terancam bencana pergerakan tanah.
Sementara ini, warga di Desa Parakanhonje diminta tetap waspada menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu. Apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi, warga yang rumahnya terdampak diminta segera mengevakuasi diri secara mandiri.
"Warga yang rumahnya sudah rusak parah segera dikosongkan. Sementara yang masih tinggal di rumah diminta selalu waspada. Kalau ada hujan, segera evakuasi ke balai desa," ujar Cecep.
Sementara itu, Kepala Desa Parakanhonje, Abdulloh, mengatakan, terdapat dua rumah warga yang mengalami rusak berat akibat kejadian pergerakan tanah tersebut. Sementara rumah yang mengalami rusak ringan mencapai labih dari 30 unit. Ia menyebut, total warga yang terdampak akibat bencana itu mencapai 40 kepala keluarga (KK).
"Sampai hari ini belum ada tambahan. Tadi ada temuan di atas bukit, di sana ada lubang dan pecahan tanah hampir 200 meter. Kalau itu bergerak, batu bisa turun ke kampung," kata dia saat dikonfirmasi Republika.co.id, Jumat (30/9/2022).
Menurut Abdulloh, saat ini mayoritas warga yang terdampak telah kembali ke rumahnya masing-masing. Hanya ada satu keluarga yang mengungsi ke rumah kerabatnya. Pasalnya, rumah keluarga itu sudah tak memungkinkan lagi untuk ditempati.
"Sebenarnya rumah yang sudah tak bisa ditempati itu ada dua unit. Satu sudah dikosongkan, tapi satu masih di sana karena tidak ada tempat lagi. Rumahnya itu juga sudah ditopang kayu. Saya sudah inggatkan, kalau hujan harus pindah," kata dia.
Ia menjelaskan, dalam beberapa hari terakhir hujan masih cukup sering mengguyur wilayah Desa Parakanhonje. Namun, hujan yang terjadi masih dalam intensitas rendah.
Abdulloh mengimbau, untuk sementara warga harus selalu waspada. Ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, warga diminta segera mengungsi.
Menurut dia, Pemkab Tasikmalaya sudah menjajikan untuk merelokasi warga apabila kondisi geologi di lokasi tersebut sudah tak memungkinkan lagi untuk ditinggali. Namun, kepastian terkait kondisi geologi harus melalui analisis dari PVMBG.
"Kemarin Pak Wabup sudah minta BPBD untuk segera bersurat ke PVMBG mengecek kondisi tanah di sini. Namun, belum ada kepastian kapan PVMBG turun ke lokasi," kata dia.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Republika.co.id, PVMBG masih menunggu surat resmi dari BPBD Kabupaten Tasikmalaya terkait permintaan pengecekan ke lokasi pergerakan di Desa Parakanhonje. PVMBG juga telah menyiapkan tim untuk melakukan kajian di lapangan.