Kamis 29 Sep 2022 15:02 WIB

PKB: Kunci Kemenangan Pilpres adalah Islam dan Jawa

Meski umat Islam jadi faktor kemenangan, bukan berarti partai Islam bisa berjaya.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Indira Rezkisari
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, mengatakan ada kunci memenangkan pilpres yaitu, Islam dan Jawa.
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, mengatakan ada kunci memenangkan pilpres yaitu, Islam dan Jawa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, mengatakan ada banyak faktor untuk dapat memenangkan pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Namun, menurutnya, setidaknya ada dua kunci utama untuk memenangkan kontestasi nasional tersebut, yakni Islam dan Jawa.

"Jika kita melihat pada pemilu presiden, maka kata kuncinya untuk menjadi pemenang atau menjadi presiden, kata kuncinya satu Islam dan yang kedua Jawa, kata kuncinya itu," ujar Jazilul dalam dalam diskusi yang digelar oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Kamis (29/9/2022).

Baca Juga

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), jumlah umat Islam di Indonesia sebanyak 237,53 juta jiwa per 31 Desember 2021. Atau menurut Jazilul adalah 86,9 persen dari total penduduk Indonesia.

"40 persen (di antaranya) beretnis Jawa. Jadi kalau urusan pilpres itu selalu akan dimenangkan oleh sosok yang memiliki dua identitas itu, Islam dan Jawa," ujar Jazilul.

Meskipun umat Islam menjadi salah satu faktor kemenangan di Pilpres 2024, bukan berarti partai-partai Islam akan meraih kejayaan. Pasalnya, terdapat transaksi politik yang membuat PKB, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sukses di setiap kontestasi.

Hal tersebut semakin diperparah ketika melihat partai Islam tak memiliki sumber daya yang memadai untuk melakukan transaksi tersebut. Sehingga partai Islam dalam tanda kutip tak pernah menjadi tokoh utama dalam setiap pemilu.

"Salah satu hambatan dari partai-partai Islam atau berbasis Islam adalah ketika politik sudah beralih ke politik aliran atau ideologi itu sekarang beralih ke politik pragmatisme. Jadi pemilu, apakah pemilu legislatif atau pemilu presiden itu sangat dipengaruhi pragmatisme atau transaksi politik," ujar Jazilul.

"Ideologi ini akan melihat partai politik seperti pasar, jadi partai politik itu seperti dunia pasar malam, semua ditransaksikan juga pada akhirnya, ideologinya menurun," sambung Wakil Ketua MPR itu.

Di samping itu, ia melihat bahwa partai-partai Islam di Indonesia saat ini tidak memiliki sosok yang dapat menyatukan umat Islam. Hal inilah yang membuat partainya terus mempromosikan Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar.

"Oleh sebab itu, PKB sangat berkepentingan agar politik Indonesia kemudian menemukan arah ideologi kembali yang menjadi basis penguatannya. Jadi, visinya yang jadi basis penguatan, bukan pada kekuatan kapital," ujar Wakil Ketua MPR itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement