REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Puluhan rumah warga di Desa Parakanhonje, Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, terdampak bencana pegerakan tanah sejak Ahad (25/9/2022). Akibatnya, rumah warga itu mengalami kerusakan ringan hingga berat.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Irwan, mengatakan, pergerakan tanah itu awalnya terjadi pada Ahad tengah malam, setelah wilayah itu diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Tak hanya sekali, pergerakan tanah di Desa Parakanhonje kembali terjadi pada Senin (26/9/2022) sekitar pukul 14.00 WIB.
"Dampaknya, satu rumah rusak berat dan 35 rumah rusak ringan. Terdapat sekitar 36 kepala keluarga yang terdampak," kata dia saat dikonfirmasi Republika.co.id, Rabu (28/9/2022).
Menurut Irwan, petugas BPBD Kabupaten Tasikmalaya telah langsung meninjau lokasi terdampak bencana pergerakan tanah tersebut pada Selasa (27/9/2022). Saat dilakukan peninjauan itu, sebagian warga yang terdampak mengungsi di madrasah setempat.
Ia menambahkan, pihaknya telah memberikan bantuan kebutuhan logistik untuk warga terdampak pergerakan tanah. Bantuan itu disalurkan melalui pihak Kecamatan Bantarkalong.
Berdasarkan laporan terakhir dari pihak desa, warga yang masih mengungsi hanyalah yang rumahnya terdampak rusak berat. Warga itu mengungsi di rumah kerabatnya yang aman. Sementara, warga terdampak lainnya telah kembali ke rumahnya masing-masing.
Ihwal penanganannya, Irwan mengatakan, BPBD Kabupaten Tasikmalaya akan mengajukan surat ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk melakukan pengecekan kondisi tanah di lokasi pergerakan tanah itu.
"Apakah di sana masih layak untuk dihuni atau tidak. Sementara ini, BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama ketika terjadi curah hujan tinggi saat malam hari. Kami sarankan mengungsi terlebih dahulu," kata dia.
Sementara itu, Kepala Desa Parakanhonje, Abdulloh, mengatakan, terdapat 80 rumah di dua rukun tetangga (RT) yang terdampak bencana pergerakan tanah. Namun, hanya terdapat sekitar 35 rumah yang rusak akibat bencana alam tersebut
"Rumah yang terdampak di dua RT ada 80 KK. Namun yang saat ini benar-benar terdampak ada 35 rusak dan retak-retak. Kalau yang tidak memungkinkan ditinggali mah ada dua rumah," kata dia kepada Republika.co.id
Abdulloh mengatakan, warga yang rumahnya terdampak rusak sempat mengungsi di gedung madrasah setempat ketika kejadian. Apalagi, kondisi cuaca ketika itu terus hujan.
Meski demikian, saat ini mayoritas warga yang mengungsi telah kembali ke rumahnya masing-masing. Hanya terdapat dua KK yang masih mengungsi di rumah kerabatnya lantaran rumah mereka sudah tak memungkinkan untuk ditinggali.
"Kalau sekarang sudah tidak ada yang mengungsi. Warga sudah beraktivitas lagi. Namun, kalau ada hujan saya minta amankan diri. Karena tanah pasti akan bergerak ketika hujan," ujar dia.
Abdulloh menjelaskan, kondisi tanah di wilayah Desa Parakanhonje memang cenderung labil. Namun, bencana pergerakan tanah yang mengakibatkan rumah rusak baru kali pertama terjadi.
"Memang dari dulu sudah ada tanda tanah retak. Namun sekarang sudah benar-benar terlihat bahaya. Tanah terbelah. Ketika air masuk, otomatis itu bisa bergerak terus terbawa," kata dia.
Menurut dia, warga yang terdampak pergerakan tanah tersebut sudah sepakat ingin pindah apabila lingkungan mereka itu dipastikan tak bisa lagi ditinggali. Karena itu, ia meminta BPBD Kabupaten Tasikmalaya berkoordinasi dengan PVMBG untuk melakukan analisis kondisi tanah di Desa Parakanhonje.
"Kalau harus pindah, ya kami mau. Kecuali kalau ada jaminan lokasi ini aman untuk puluhan tahun ke depan. Kalau tidak layak, kami maunya dipindahkan," kata Abdulloh.