REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Warga di Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, yang terdampak banjir bandang pada Kamis (22/9/2022) mulai melakukan pembersihan rumah mereka pada Ahad (25/9/2022). Berdasarkan keterangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, sudah tak ada warga yang mengungsi.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut, Satria Budi, mengatakan, saat ini petugas dan masyarakat masih terus melakukan pembersihan rumah dan lingkungan yang terdampak banjir bandang. Ia berharap, pembersihan itu dapat selesai selama masa tanggap darurat bencana.
"Kami juga sudah tetapkan tanggap darurat selama tujuh hari. Mudah-mudahan dalam waktu itu, pembersihan sudah selesai," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Ahad.
Ia menambahkan, saat ini warga yang terdampak banjir bandang akibat luapan air Sungai Cipalebuh dan Sungai Cikaso juga telah kembali ke rumahnya masing-masing. Tak ada warga yang mengungsi akibat kejadian itu. Hanya saja, beberapa warga yang rumahnya hanyut akibat banjir bandang masih tinggal di rumah saudaranya.
Ihwal situasi di lapangan, Satria mengatakan, hujan dengan intensitas tinggi masih sering terjadi. Ia menyebutkan, pada Sabtu (24/9/2022) malam terjadi hujan dengan intensitas tinggi hingga Ahad sekitar pukul 04.00 WIB.
"Tapi situasi aman. Tidak ada hal yang tidak diharapkan," ujar dia.
Satria mengatakan, pihaknya juga telah menyiapkan penanganan jangka panjang yang akan dilakukan. Salah satunya adalah membuat sodetan dan melakukan pengerukan sedumentasi sungai.
Ia menjelaskan, banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Pameungpeuk itu merupakan dampak dari pertemuan antara Sungai Cipalebuh dan Sungai Cikaso. Sementara sedimentasi di pertemuan dua sungai cukup tinggi. Alhasil, ketika debit air tinggi, aliran sungai meluap ke permukiman warga
"Itu akan kami koordinasikan dengan provinsi. Karena sungai Cipalebuh dan Cikaso itu merupakan kewenangan provinsi," kata dia.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut juga akan berupaya merelokasi rumah warga yang berada di pinggir dua sungai itu. Mengingat, banjir bandang di wilayah itu bukan yang kali pertama terjadi. Pada 2020, banjir bandang juga terjadi di lokasi yang sama.
"Masalahnya masyarakat masih belum bersedia (untuk relokasi). Namun kami terus melakukan pendekatan, jangan sampai tiap tahun seperti ini," kata dia.
Sebelumnya, Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar), Uu Ruzhanul Ulum, telah meninjau dan menyerahkan bantuan untuk warga terdampak bencana banjir di Kecamatan Pameungpeuk, pada Sabtu. Peninjauan tersebut bertujuan untuk memastikan penanganan berjalan optimal.
Dalam peninjauan tersebut, Uu juga a menyerap aspirasi masyarakat agar bencana serupa tidak lagi terjadi. Ia menekankan bahwa pihaknya akan terus berupaya mengatasi masalah banjir.
"Kehadiran saya ke sini adalah ikhtiar untuk mencari solusi bagaimana supaya tidak terulang kembali," kata dia.
Namun, ia berharap agar masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana untuk pindah ke tempat lebih aman. Karena itu, relokasi disebut merupakan salah satu alternatif penanganan yang dapat dilakukan.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana, mengatakan, banjir terjadi setelah hujan dengan intensitas cukup tinggi mengguyur Kabupaten Garut. Hal itu mengakibatkan Sungai Cipalebuh dan Sungai Cikaso meluap.
Menurut Nurdin, banjir tersebut merupakan yang kedua kali sejak 2020. Adapun warga yang terdampak banjir kali ini sekitar 1.644 KK.
"Dari sisi sarana dan prasarana umum kurang lebih ada tiga masjid yang terdampak, dua PAUD, ada satu Madrasah yang sedikit rusak, 17 sekolah yang terdampak," kata dia.