REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Pemerintah Daerah (Pemda) DIY melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY mendorong stabilitas harga dan ketahanan pangan dalam rangka menekan semakin meningkatnya inflasi. Pasalnya, lonjakan inflasi dalam beberapa bulan terakhir relatif tinggi.
Plt. Kepala Biro Administrasi dan SDA Setda DIY Yuna Pancawati mengatakan, prioritas pengendalian inflasi di daerah difokuskan pada pengendalian inflasi pangan. Pengendalian inflasi pangan, katanya, akan sekaligus mendukung ketahanan pangan dan dapat dikolaborasikan dengan program pengentasan kemiskinan nasional. "Hal ini, tidak hanya penting bagi pemulihan ekonomi tapi juga untuk memperkuat kesejahteraan masyarakat," kata Yuna belum lama ini.
Dalam menjaga agar inflasi tidak semakin naik, sinergi program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga dengan berbagai pihak juga dilakukan. Salah satunya sinergi yang dilakukan bersama dengan Bulog kanwil Yogyakarta.
Selain itu, pemantauan harga dan ketersediaan bahan pangan juga terus dilakukan secara masif. Termasuk operasi pasa hingga menggelar pasar murah dalam rangka menekan inflasi yang tinggi di DIY.
"Dilakukan pemantauan harga pasokan dan stok bahan pangan pokok, operasi pasar komoditas bahan pangan pokok, peningkatan produksi dan daya saing pertanian, serta kerjasama antar daerah untuk mendukung stabilitas harga dan pasokan. Selain itu, ke depannya program kinerja TPID DIY juga diarahkan ke program inovatif yang berkaitan dengan pengendalian inflasi daerah," tambah Yuna.
Kepala Perwakilan BI Yogyakarta, Budiharto Setyawan mengatakan, inflasi DIY terus meningkat yang mana mencapai 5,52 persen (yoy) pada Agustus 2022. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan capaian nasional yakni 4,69 persen (yoy). "BI menilai kondisi tersebut mengindikasikan tantangan pengendalian inflasi kedepan tidak akan mudah," kata Budi.
Budi menuturkan, setidaknya ada tantangan besar kedepannya dalam pengendalian inflasi di DIY. Pertama yakni disrupsi dari sisi penawaran, baik secara global maupun lokal akibat pendami Covid-19. "Kondisi pembatasan mobilitas yang berlangsung selama dua tahun lebih masih menyisakan hambatan atau disrupsi pada sisi penawaran. Di sisi lain, permintaan menunjukkan perbaikan sejalan dengan pulihnya geliat ekonomi," ujar Budi.
Tantangan kedua, katanya, yakni isu ketahanan pangan baik secara nasional maupun secara lokal di DIY. Ketiga, yakni adanya kendala dari sisi produksi dan distribusi khususnya akibat faktor cuaca yang tidak menentu.
"Gangguan suara seperti La Nina dan banjir masih menjadi tantangan dalam pengendalian inflasi. Belum lekang dari ingatan kita mengenai kenaikan harga cabai pada awal hingga pertengahan triwulan III lalu akibat faktor cuaca yang menyebabkan kegagalan panen dan rentannya serangan hama," jelasnya.
Berkaca dari hal tersebut, kata Budi, penting bagi TPID DIY untuk memperkuat sinergi dalam menjaga stabilitas harga dan meningkatkan ketahanan pangan. Hal ini juga dalam rangka mendukung daya beli masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional.