REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Sigit Reliantoro menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kualitas udara selain dari sumber emisi seperti kendaraan bermotor salah satunya kondisi alam.
Dirjen PPKL KLHK Sigit mengatakan, berdasarkan data pemantauan AQMS KLHK pada 2022, data PM2.5 di beberapa provinsi mengalami peningkatan konsentrasi terutama di Jabodetabek. Kondisi itu khususnya terjadi pada Juni-Agustus 2022 dan terjadi pada waktu-waktu tertentu.
"Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kualitas udara selain dari sumber emisi misal kendaraan bermotor dan industri. Faktor kondisi alam juga dapat memengaruhi peningkatan konsentrasi parameter PM2.5 dan debu," kata Sigit.
Merujuk pada Juni-Agustus sebagai puncak musim kemarau di Indonesia, Sigit mengatakan dalam periode tersebut hujan tidak turun dalam waktu yang lama. Ditambah udara yang stagnan dengan kelembaban yang cukup tinggi, serta kecepatan angin yang rendah memungkinkan partikel tetap mengapung di udara.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan terbentuknya konsentrasi polutan yang tinggi khususnya debu termasuk PM2.5. "Selanjutnya memasuki bulan September, konsentrasi polutan mulai menurun dikarenakan sudah mulai turun hujan sehingga terjadi proses rain washing yang menyebabkan konsentrasi partikel yang mengapung di udara berkurang," kata Sigit.
Dia memastikan KLHK terus melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan perbaikan kualitas udara di Indonesia, termasuk dengan melakukan pembinaan kepada pemerintah kabupaten/kota dan evaluasi terhadap kinerja pengelolaan kualitas udaranya.