Jumat 23 Sep 2022 14:15 WIB

Satgas Tegaskan Penguatan Lima Pilar Menuju Berakhirnya Pandemi

Kelima pilar ini perlu menjadi perhatian khusus setiap negara.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Friska Yolandha
Juru Bicara Pemerintah untuk  Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan ada lima pilar terintegrasi yang perlu menjadi fokus setiap negara menuju berakhirnya pandemi Covid-19. Wiku menyebut lima pilar ini merupakan pedoman penanganan Covid-19 terbaru yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Penting untuk menjadi perhatian pemerintah pusat, daerah, dan seluruh masyarakat untuk bersama-sama menegakan lima pilar ini agar akhir pandemi dapat segera diraih," kata Wiku dalam keterangan persnya secara daring, Kamis (22/9/2022).

Baca Juga

Wiku menjelaskan, pilar pertama adalah surveillance, laboratorium dan pencerdasan masyarakat. Surveillance kata Wiku adalah kunci untuk mengidentifikasi kasus sejak dini dan mencegah terjadinya penyebaran yang lebih luas.

Berikutnya adalah laboratorium berfungsi penting dalam penegakan diagnosis covid, terutama melalui tes PCR. Kemudian, pencerdasan kesehatan masyarakat untuk membangun pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap Covid.

"Keterlibatan pakar di bidangnya dalam pengambilan keputusan, penegakan aturan, maupun penyusunan inovasi penangganan covid sangat diperlukan agar langkah yang diambil efektif dan tepat sasaran," kata dia.

Pilar kedua, lanjut Wiku, adalah vaksinasi dan pemberdayaan masyarakat yang penting untuk membentuk kekebalan komunitas. Menurutnya, semakin banyak orang yang divaksin, maka semakin banyak masyarakat terlindungi.

"Cakupan vaksin booster yg baru 26 persen ini, perlu ditingkatkan lagi dengan memastikan ketersediaan vaksin di setiap daerah dan meningkatkan kesdaran masyarakat untuk segera vaksin booster," ujarnya.

Sedangkan pilar ketiga adalah sistem kesehatan yg tangguh. Dia menekankan pentingnya ketersediaan sumber daya dan fasilitas testing, tracing, dan treatment yang memadai dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

Untuk itu, dia menilai peran puskesmas serta RS rujukan Covid-19 termasuk ketersediaan fasilitas isolasi dan karantina minimal pada setiap wilayah di Indonesia harus selalu siap utuk menghadapi kenaikan kasus yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Begitu juga, pilar keempat adalah penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

"Penelitian dan pengembangan serta update pada perkembangan seputar Covid-19 dan penyakit infeksi menular lainnya penting agar keputusan dan peraturan yang ditegakkan didasarkan pada update berbasis ilmiah dan sesuai dgn perkembangan ilmu pengetahuan saat ini," ujarnya.

Kemudian terakhir, pilar kelima, yaitu koordinasi kesiapsiagaan Covid-19 dengan prinsip kolaborasi pentahelix lima unsur yaitu pemerintah, media, swasta, akademi, dan masyarakat. Menurutnya, koordinasi dan komunikasi pusat daerah menjadi penting untuk menguatkan pentingnya pelaksanaan peran masing-masing kementerian/lembaga dalam penanganan Covid-19.

"Selain itu, masyarakat dapat berkontribusi mengakhiri pandemi dengan cara menjaga imunitas masing-masing dgn menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)," ujarnya.

Dia mengatakan, pedoman WHO ini kemudian diturunkan menjadi enam ringkasan kebijakan untuk jadi perhatian masing-masing negara termasuk Indonesia. Diantaranya testing, manajemen klinis Covid-19, vaksinasi, pencegahan infeksi pada faskes rujukan Covid-19, komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat, mengatur informasi seputar pandemi Covid-19.

"Diharapkan Indonesia dapat menelaah lebih lanjut enam poin penting ini dan merefleksikannya pada situasi di Indonesia," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement