Senin 19 Sep 2022 23:51 WIB

BI Sumbar Targetkan Inflasi Turun 5 Persen

Upaya BI Sumbar turunkan inflasi lewat GNPIP

Rep: Febrian Fachri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang menata cabai merah di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat, Wahyu Purnama A mengatakan Sumbar menargetkan dapat menurunkan inflasi 5 persen.
Foto: ANTARA/Muhammad Arif Pribadi
Pedagang menata cabai merah di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat, Wahyu Purnama A mengatakan Sumbar menargetkan dapat menurunkan inflasi 5 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat, Wahyu Purnama A mengatakan Sumbar menargetkan dapat menurunkan inflasi 5 persen.

Upaya penurunan inflasi tersebut menurut Wahyu, melalui  Pencanangan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

"GNPIP merupakan bentuk aksi nyata yang bersifat nation-wide untuk merespons tingginya tekanan inflasi komoditas pangan bergejolak. Melalui upaya mendorong peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pangan, sehingga harga pangan dapat dijaga stabil," kata Wahyu, Senin (19/9).

Wahyu menyebut realisasi inflasi Sumbar menjadi peringkat kedua tertinggi secara Nasional. Realisasi inflasi sampai Agustus 2022 terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas volatile foods.

Di antaranya cabai merah, bawang merah, telur ayam ras, beras, tomat, cabai hijau, daging sapi dan beberapa jenis ikan. Sejumlah komoditas tersebut mengakibatkan inflasi sebagai dampak dari keterbatasan pasokan komoditas pangan tersebut akibat curah hujan yang tinggi, kenaikan biaya produksi karena peningkatan harga pupuk dan harga pakan unggas.

Berdasarkan pemantauan harga pada minggu 1 dan ke 2 September 2022 ini, harga beberapa komoditas volatile food juga menunjukkan tren peningkatan yakni beras, daging ayam ras, daging sapi dan telur ayam ras,” ujar Wahyu

Di samping itu, kata dia, tekanan inflasi Sumbar juga dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas administered price, terutama angkutan udara yang pada bulan Juli memiliki andil kedua setelah cabe. Kemudian tarif dasar listrik, dan bahan bakar rumah tangga atau LPG.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement