REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mitra atau pengemudi ojek daring yang mengatasnamakan Driver Online Indonesia (Drone) menyatakan pertemuan dengan perusahaan aplikasi ojek daring Gojek tidak menemukan kesepakatan. Karena itu, pengemudi ojek daring yang tergabung dalam Drone akan kembali melakukan pergerakan untuk menyampaikan aspirasi.
Salah satu inisiator Drone, Abe Hedi, sudah menjadi hak para pengemudi ojek daring untuk menerima hak kesejahteraan yang diupayakan dengan acara berunjuk rasa hingga mediasi seperti sekarang. Abe meyakini kalangan pengemudi ojek daring lain juga merasa tidak puas karena perusahaan tidak memenuhi sejumlah tuntutan yang diajukan.
"Manajemen Gojek yang hadir pada saat ini hanya menjelaskan perihal sistem dan teori-teori yang mereka bentuk sendiri," kata dia di Jakarta, Jumat (16/9/2022).
Terdapat lima tuntutan yang disampaikan oleh Drone saat berunjuk rasa di depan Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan tepatnya kantor pusat Gojek. Pertama, pihak Gojek selaku aplikator bisa menyesuaikan tarif kepada pengemudi terkait kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Kedua, aplikator diharapkan mengecilkan potongan komisi terhadap pengemudi taksi daring yang sebelumnya sebesar 20 persen. Ketiga, Gojek juga diminta untuk memisahkan aplikasi mereka dengan taksi konvensional.
Keempat, pihak Gojek diarahkan untuk merevisi perjanjian kemitraan yang adil dan melibatkan seluruh sopir taksi daring. Kelima, Gojek diharapkan untuk berhenti membuka penerima mitra baru untuk menjaga kestabilan antara penumpang dan pengemudi daring.
"Kami meminta Gojek pisahkan akun GoCar dengan Blue Bird, jadi kalau penumpang pesan jangan sampai masukan ke Blue Bird, itu poin terpenting dari tuntutan," tegasnya.
Dengan demikian, ke depannya Drone berharap agar pihaknya bisa kembali mediasi dengan pihak Gojek dalam keadaan kondusif lantaran perjuangan pengemudi tersebut dianggap belum berakhir.