Rabu 14 Sep 2022 19:44 WIB

Temuan Kasus di AS Buat Indonesia Harus Waspadai Kembali Polio

WHO sebut 23 provinsi di Indonesia berisiko tinggi kasus polio.

Petugas mengukur lengan anak saat kegiatan Bulan Imunisasi Anak Nasional di halaman Masjid At Taqwa, Sukajadi, Kota Bandung, Selasa (2/8/2022). Pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan 3,4 juta balita mendapatkan imunisasi campak rubela serta 4,09 juta balita mendapatkan imunisasi polio tetes, polio injeksi dan pentabio selama pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) 2022 yang digelar pada bulan Agustus ini. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto:

Beberapa waktu lalu perwakilan WHO Indonesia, Dr Stephen Chacko menuturkan, tantangan yang umumnya dihadapi dalam vaksinasi polio maupun Covid-19 selama pandemi adalah penutupan sementara pusat vaksinasi. Lalu, prioritas yang berbeda antar tenaga kesehatan.

Kemudian, terbatasnya sumber daya, ada ketakutan akan terpapar Covid-19 ketika beraktivitas di luar rumah, serta beredarnya misinformasi. Menurut Stephen, persoalan ini dapat diminimalisir bila adanya komitmen dari pemangku kebijakan. "Serta, pengembangan dan distribusi vaksinasi yang memadai dikala pandemi," ujar Stephen.

Peneliti dari John Hopkins University, Olakunle Alonge menekankan, pengurangan penyakit seperti polio harus dilakukan secara berkesinambungan antar subsistem kesehatan. Hal ini berguna untuk mempersiapkan dan merespon darurat kesehatan.

"Serta, upaya memperkuat ketahanan sistem kesehatan. Untuk mendukung program vaksinasi, dibutuhkan integrasi antara kampanye dengan mobilisasi sosial," kata Olakunle.

Vaksinasi kelompok rentan harus diprioritaskan dengan jemput bola. Perlu surveilans berbasis komunitas yang dapat meningkatkan kemampuan komunitas mendeteksi dini kasus polio dan Covid-19 serta menyukseskan surveilans global yang terintegrasi.

Kasus polio di Amerika memang mengejutkan. Pasalnya polio dinyatakan hilang di Amerika Serikat pada 1979, lebih dari dua dekade setelah vaksin tersedia.

Sebelum pengembangan vaksin polio pada 1950-an, ribuan orang Amerika meninggal karena wabah polio. Banyak juga anak-anak yang mengalami kelumpuhan dengan berbagai tingkat. Menurut data vaksinasi masa kanak-kanak terbaru CDC, sekitar 93 persen anak berusia dua tahun di seluruh negeri telah menerima setidaknya tiga dosis vaksin polio. Sementara itu, orang dewasa yang tidak divaksinasi dapat menerima imunisasi tiga dosis. Kemudian, mereka yang divaksinasi tetapi dianggap berisiko tinggi dapat menerima suntikan booster seumur hidup.

Di Indonesia, WHO menyatakan negara ini bebas polio sejak tahun 2014. Upaya Indonesia mengentaskan penyakit polio dimulai dari kebijakan imunisasi masif melalui program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dimulai pada 1995. PIN saat itu dirancang untuk mengeradikasi virus polio.

Cakupan imunisasi rutin polio yang dimulai dari 1995, sempat menurun akibat terdampak krisis multi dimensi pada periode 1998-2002. Pada 2002 baru pemerintah melakukan PIN kembali. Pada 2005 virus polio liar (wild polio virus) teridentifikasi di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat.

Pemerintah kemudian menetapkannya sebagai KLB dan kembali menjalankan PIN. Hasilnya, polio kembali sukses diberantas pada 2006. Kemudian pada 2014, label bebas polio disematkan WHO kepada Indonesia.

photo
Bidan Puskesmas Cisimeut memberikan vaksin polio kepada seorang anak Suku Baduy di Kampung Cisadane, Lebak, Banten, Jumat (26/8/2022) malam. Program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di kawasan pedalaman Baduy tersebut dilaksanakan hingga malam hari agar anak dan ibu Suku Baduy mau mengikuti kegiatan pemberian imunisasi untuk meningkatkan kesehatan serta mencegah berbagai penyakit. - (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/wsj.)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement