REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga angkat bicara soal kenaikan harga BBM bersubsidi yang dibandingkan dengan harga BBM di negara-negara lain, seperti Malaysia. Menurut Arya, alasan BBM murah di Malaysia karena subsidi yang besar.
"Sering dibanding-bandingkan dengan Malaysia. Mereka juga disubsidi BBM-nya sekitar 50 persen lah. Tapi karena kendaraan Malaysia lebih sedikit dari Indonesia besaran subsidi totalnya 110 Triliun lah hanya 1/5 subsidi energi Pemerintah untuk rakyat Indonesia sebesar 500 T," tulis Arya di akun Instagramnya.
Dalam postingan tersebut, Arya juga menggunggah berita berjudul, Malaysia Terancam Bangkrut. Subsidi besar BBM Malaysia. "Ternyata harga BBM murah di Malaysia disebabkan oleh subsidi yang besar dan berpotensi jebol karena sudah mengalami kenaikan anggaran terbesar dalam sejarah Malaysia."
Lihat postingan ini di Instagram
Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan harga BBM yang ditetapkan Pemerintah Malaysia tidak bisa dibandingkan begitu saja dengan harga BBM yang berlaku di Indonesia. Selain ada perbedaan komponen pembentuk harga di kedua negara, harga BBM di Malaysia bisa terus ditahan meskipun ada peningkatan harga minyak.
Ini merupakan hasil dari penerapan subsidi besar-besaran yang diterapkan Pemerintah Malaysia. Komaidi Notonegoro, mengungkapkan pada dasarnya Pemerintah Malaysia juga memberikan subsidi bahan bakar sehingga harga bahan bakarnya juga tidak mengikuti skema pasar.
Hanya saja tujuan pemberian subsidinya berbeda dengan skema pemberian subsidi yang ada di Indonesia. "Fokus Malaysia dengan kita (Indonesia) berbeda. Mereka fokus pertumbuhan sehingga memberikan subsidi yang besar," ungkap Komaidi dalam keterangan pers tertulis di Jakarta, Selasa (6/9/2022).
Baca juga :Wapres: Pemerintah tak Menaikkan Harga BBM, Tetapi...
Menurut dia, informasi yang beredar di masyarakat terkait harga BBM di Malaysia yang lebih murah dibandingkan di tanah air harus bisa dijelaskan secara gamblang juga oleh pemerintah maupun Pertamina. Dengan begitu, isu yang berkembang di masyarakat tidak menjadi bola liar dan memperkeruh suasana.
"Kalau ada yang menyampaikan bahwa Malaysia tidak ada subsidi mungkin belum mendapat info lengkap. Semestinya hal-hal semacam ini dengan sederhana dijelaskan oleh pemerintah atau Pertamina," kata Komaidi.